Sabda Nabi S.A.W "Sampaikan dari Ku walau pun satu ayat"

Buku Pelawat

Topik Panas

Rabu, Oktober 01, 2008

KHUTBAH HARI RAYA IDIL FITRI TAHUN 2008/1429

OLEH: SHEIKH ASAARI MUHAMMAD

PENGERUSI IKHWAN GLOBAL SDN BHD

Saudara-saudari sidang jemaah yang dihormati.

Bulan Ramadhan sudah pergi meninggalkan kita maka selesailah sudah puasa dan ibadah kita selama sebulan dan pagi ini mari sama-sama kita renungkan apakah hasil yang kita dapat daripada Ramadhan tahun ini. Sebulan kita berpuasa. Puasa artinya mengekang nafsu. Bukan saja nafsu makan dan nafsu seks tapi juga nafsu yang jahat jahat, yang difirmankan oleh Allah dalam Al Quran: Sesungguhnya nafsu Amarah itu sangat mengajak kepada kejahatan.(Yusuf 53) Di antara nafsu yang jahat itu ialah sombong, takabbur, pemarah, bakhil, hasad dengki, gila dunia, ujub, riak, gila kuasa, dendam, buruk sangka, bohong, mengampu, keluh kesah, gopoh gapah, tidak redha, tidak sabar dengan takdir, mementingkan diri sendiri, tamak, degil, tidak tolak ansur, tidak timbang rasa, mencerca, mengumpat dan lain-lain lagi.

Nafsu-nafsu ini senantiasa ada malah sudah menjadi perangai tetap kita. Sepanjang bulan puasa, adakah kita berpuasa dari mengikut kehendak-kehendak nafsu itu? Adakah kita lawan rasa ujub yang mengajak kita menuhankan diri sendiri. Lawan rasa riak yang dengannya membuatkan orang iri hati dengan kita. Lawan sifat sombong, takabbur dan ego yang karenanya orang tersinggung dan kecil had dengan kita. Lawan sifat bakhil yang adanya membuatkan orang benci dengan kita. Lawan sikap tidak sabar dan keluh kesah dan gopoh gapah yang selalu membuatkan orang cacat hati dengan kita. Lawan sifat tidak redha yag selama ini membuatkan kita tidak puas dengan ketentuan Allah. Lawan sifat tidak bertimbang rasa yang karenanya boleh menjadikan orang kecewa dengan kita.

Lawannya adalah sifat suka berdusta, yang membuatkan hilang kepercayaan orang kepada kita. Lawan sifat mementingkan diri sendiri yang selama ini membuatkan orang sakit hati dan dengki dengan kita. Lawan perangai suka mengumpat dan mencerca orang yang boleh menghilangkan ukhwah lslamiah antara kita. Itulah mujahadatunnafsi (melawan hawa nafsu). Satu amalan yang hukumnya fardhu ain bagi setiap kita. Artinya melawan hawa nafsu ini wajib kita lakukan, setiap masa, setiap ketika. Lebih-lebih lagi di bulan puasa. Sudahkah kita melakukannya dan sudahkan kita mendapatkannya.

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia.

Sepatutnya sudah lama kita mempunyai akhlak yang baik yakni memiliki sifat-sifat mahmudah. Sebab bukan baru sekali kita berpuasa yakni melakukan latihan mujahadahtunnafsi ini. Sudah berpuluh tahun umur kita. Maknanya sudah berpuluh-puluh kalilah kita berpuasa dan melatih diri untuk melawan hawa nafsu. Kalaulah latihan itu dibuat dengan betul, tentu hasilnya sudah kita memperolehi. Tapi bagaimana perangai kita di saat ini? Ujub masih bersarang dalam hati setiap kita. Hingga kita rasa dri kita ini istimewa. Rasa ketuanan bahkan rasa keTuhanan. Karena itu kita tidak rasa pun yang kita ini hamba. Hamba Allah yang hina dina, papa kedana, bodoh jahil, miskin melarat dan lemah serta kurang segala-galanya. Riak yakni menunjuk-nunjuk kelebihan dari samada kelebihan ilmu, kekayaan, darjat, bintang penghormatan masih menjadi kebanggaan hingga ramailah yang cemburu dan iri hati dengan kita. Ego, sombong, bongkak takabbur sudah sebati sungguh dengan perangai kita, hingga menjadi adat resam dan basahan harian. Sudah berapa banyak sikap dan cakap kita melukakan hati dan memalukan serta menjatuhkan maruah kawan. Hingga karena itu manusia bawa hati dan bawa diri pergi jauh dari kita. Rengganglah kasih sayang, rosaklah perpaduan, walaupun mulut memekik-mekik perpaduan ummah. Bakhil jadi mainan kita. Rezeki yang Allah lebihkan kepada kita, kita catu-catukan untuk diri dan klik sendiri saja. Hinggakan orang lain rasa terhina dan benci dengan kita. Maka jadilah kita keluh kesah dan gopoh-gapah membuatkan orang cacat hati dan rimas dengan kita. Tidak timbang rasa dan tidak tolak ansur masih menjadi prinsip hidup kita. Kita rasa kita sajalah yang betul, yang pandai. Orang lain tidak perlu dan tidak berguna. Tidak payah dijaga perasaannya. Al hasil berapa ramai orang yang sudah kecewa dan putus harap dengan kita. Sifat mementingkan diri sendiri masih berakar umbi dalam tindakan kita. Kita hanya fikir kepentingan kita hingga tergamak mengorbankan kepentingan orang lain. Maka karena itu sudah ramai kawan kita sakit hati bahkan dengki dengan kita. Mengumpat, mencerca dan mengata adalah amalan tetap kita. Kelemahan dan kesilapan kawan kita ambil sebagai modal untuk menghina dan menjatuhkannya. Akibatnya ukhwah antara kita remuk-redam hancur berkecai. Pemarah, keras hati, degil, keras kepala adalah budaya hidup kita. Habis kita rempuh orang atas dan orang bawah kita. Hatta anak isteri pun tidak rasa bahagia dengan kita. Maka yang benci pada kita bukan saja musuh tapi termasuk juga isteri yang kita sayangi. Jahat sangka, mengadu domba, mengampu dan berdusta juga adalah tabiat asal yang masih jadi asam garam dalam amalan kita. Yang semuanya hanya akan membinasakan din kita dunia dan akhirat. Firman Allah: Demi jiwa serta penyempurnaannya. Lalu diilhamkan Allah kepadanya (jalan) yang salah dan (jalan) yang benar. Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan (jiwa)nya. Rugilah orang yang mengotorkannya. (As Syams: 7-10) Firman Allah lagi: Adakalanya orang yang berpuasa tapi tidak mendapat apa-apa pahala dari puasanya selain lapar dan dahaga. Kenapa terjadi demikian? Jawabnya ialah karena Iman kita lemah dan tidak bersungguh-sungguh melakukan mujahadatunnafsi. Bila hati tidak terasa benar-benar kehebatan Allah, maka rasa cinta, rasa malu, rasa takut, rasa gentar pada Allah dan rasa diawasi selalu oleh Allah tidak menguasai had dan fikiran kita, maka hati kita mudah dimasuki rasa-rasa lain seperti ujub, sombong, riak dengki, bakhil, putus asa, hampa kecewa iaitu bergantung pada situasi yang kita hadapi. Ketika kita dipuji orang karena sesuatu kejayaan, hati kita ddak terasa yang pujian itu sepatutnya untuk Allah, karena kejayaan yang kita perolehi itu adalah pemberian ALLAH Sebaliknya hati kita berbunga dengan pujian itu samada sedar atau tidak datanglah rasa hebat diri dan ujub pada hati, yang kemudiannya dilahirkan pada sikap dan anggota lahir kita. Tapi hati yang berisi kental, setiap pujian diterimanya dengan perasaan malu pada Allah, sebab Allah lah yang memberi nikmat itu padanya. Dirasainya dirinya hanya hamba yang hina-dina, miskin melarat dan jahil sejahilnya di sisi Allah SWT. Maka dengan itu selamatlah hatinya daripada tipuan hawa nafsu dan syaitan.

Saudara-saudari yang dikasihi sekalian. Nyatalah sudah bahwa kita tidak mendapat apa-apa pun dari Ramadhan-Ramadhan yang datang dan pergi selama ini. Puasa tapi sebenamya tidak berpuasa. Inilah agaknya yang dimaksudkan oleh Rasulullah dengan sabdanya: Ketika orang yang mengejinya atau ketika kesusahan menimpanya, orang yang hatinya kuat dan senantiasa dengan Allah akan segera teringat ujian itu juga pemberian Allah. Allah bermaksud hendak menghapuskan dosanya atau mengangkat darjatnya. Karena ujian itu diterima dengan sabar dan redha. Karena itu hatinya tidak dapat dimasuki rasa putus asa, kecewa dan menderita dan lain-lain mazmumah. Begitulah kemampuan Iman. Dia boleh menyelamatkan had dari ditipu daya oleh hawa nafsu dan syaitan. Sebaliknya kalau Iman tidak terasa di hati, had tidak berisikan rasa cinta dan takut pada Allah. Maka walau siapapun kita tentu tidak boleh selamat dari kejahatan nafsu dan syaitan seperti ujub, sombong, bakhil, riak dan lain-lain. Sidang hadirin-hadirat yang mulia. Untuk mendapatkan Iman kita mesti sedar akan kebesaran Allah, kegagahan-Nya dan kekuasaan-Nya. Renungkan ciptaan dan pentadbiran Allah yang Maha dahsyat dan hebat. Dan siapa kita? Hanyalah setitis air mani yang diproses dengan diraut-raut dan dibentuk-bentuk mengikut kehendak-Nya. Dan alangkah agungnya Tuhan. Maka takut, gerun dan gentarlah hati terhadapnya. Rasailah yang kita hanya hamba. Hamba yang boleh dipandai dan dibodohkan. Dikaya dan dimiskinkan. Dimuliakan dan dihmakan. Sebagaimana firman Allah: Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setitis air mani. Kemudian menjadikan kamu berpasang-pasang.(Faathir: 11) Firman-Nya lagi: Engkaulah yang memberi kekuasaan pada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah yang rnemuliakan dan rnenghinakan. Pada kekuasan-Mu itulah kebaikan. Sesungguhnya Engkau pada setiap sesuatu Maha Berkuasa.(Ali Imran: 26) Segala yang ada pada kita hanyalah amanah dan simpanan yang akan dituntut semula di Yaumil Mahsyar. Kalau begitu tiada apaapa istimewanya kita ini. Jndi bagaimana kita boleh pandang rendah, menengking, mengherdik dan membenci orang lain? Bagaimana boleh sewenang-wenang dengan harta kekayaan di dunia? Bagaimana boleh membanggakan dm dan rasa selamat dari hukuman Allah? Bagaimana kita boleh berleluasa menggunakan kuasa kita? Bila terbuat dosa, maka hati yang beriman akan segera teringat dahsyatnya api neraka. Tergambar di ruang mata bagaimana nanti malaikat yang garang dan sombong akan menyergah dengan bengisnya, menginjak-ginjak dengan kerasnya dan menyiat-yiatnya daging-daging kita lantas dicampakkan dan dijunamkan jauh jauh ke neraka. Maka api pun menyambar kita bagai menyambar daun kering, membakar hati kita dan dalam seluruh badan kita. Begitulah kesakitan dan kehinaan yang terpaksa ditanggung akibat di dunia menyimpan dan melayan mazmumah. Firman Allah: Dan ingatlah hari ketika orang kafir dihadapkan pada neraka, dikatakan pada mereka bukankah azab itu benar? Mereka menjawab, ya benar, demi Tuhan kami. Allah berfirman maka rasakanlah azab ini disebabkan kamu selalu engkar.(Al Ahqaaf. 34) Segala kesombongan, bakhil, degil, tamak dan gila dunia pasti dibalas dengan kesombongan dan kedegilan serta kekasaran juga di akhirat nanti. Tetapi sekiranya kita bersusah-payah di dunia karena melawan mazmumah tadi, menghina dm, mementingkan orang lain, memaafkan, mengorbankan harta karena Allah dan di jalan Allah, maka kesusahan yang sementara itu akan dibalas dengan nikmat yang kekal abadi. Allah berjanji untuk menganugerahkan ganjaran istimewa pada orang-orang yang bersusah payah di dunia karena Allah. Syurga itu seluas langit dan bumi, dibuat daripada emas permata, intan berlian. sejenis buah di Syurga mempunyai bermacam-macam rasa. Bau sekuntum bunganya berjenis jenis wangian. Air-air minuman mengalir menjadi sungai. Dan perhiasan-perhiasan di dalamnya bersangatan indahnya. Begitu sekali Allah akan bayar segala pengorbanan yang kita tanggung, karena bermujahadah pada jalan Allah. Firman-Nya: Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orangorang yang tidak ingin menyombongkan diri dan membuat kerusakan di (muka)burni. Dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.{Al Qasas: 83)

Sidang jemaah sekelian. Bila rasa cinta pada Allah, rasa takut dan gerun dengan neraka Allah dan rindu dengan syurga Allah sudah benar-benar masuk ke hati, maka ia akan mendisplinkan dan mengawal serta mendorong kita terhadap tindakan-tindakan kita. Setiap kali terbuat dosa akibat dorongan nafsu mazmumah tadi maka rasa takut pada neraka akan membuat kita bertaubat sesungguh hati, yakni taubat Nasuha. Kita cemas kalau-kalau kesilapan itu berulang karena itu kita merayu pada Allah mengharapkan pertolongan-Nya untuk kita melawan nafsu kita. Hati senantiasa ingin membuat amal soleh sebanyaknya dengan harapan Allah mengurniakan rahmatNya yakni syurga. Segala mehnah dari Allah diterima sebagai penghapusan dosa atau peluang naik pangkat di sisi Allah SWT karena itu, diterimanya dengan sabar dan redha. Tiada keluh kesah dan kekecewaan dalam hidup, kejahatan lahir mahupun batin dicuba elakkan sedaya upaya. Dan masing-masing berlumba-lumba membanyakkan amal soleh, memberi khidmat dan membuat kebaikan.

Saudara-saudari sekelian. Mujahadatunnafsi mestilah dibuat atas dasar cintakan Allah, gerun dengan nerakaNya dan rindu pada syurga. Setiap kali nafsu kita merangsang untuk melakukan sesuatu kejahatan dan dosa-dosa maka ingatkan pada kemurkaan Allah, ugut dengan api neraka dan bisikan padanya nikmat syurga. Moga-moga dia ingat. Tapi jika masih terbuat lagi, bertaubatlah. Rasa kesal dan takut sungguh-sungguh dalam hati. Ingatlah hadis Qudsi yang bermaksud: Allah lebih menyukai rintihan orang yang bertaubat daripada zikir para wali. Kalaulah mujahadatunnafsi ini diulangi, buat setiap hari, maka hasilnya nanti perangai kita akan bertukar dari mazmumah kepada mahmudah. Dari dosa kepada pahala. Dari huru hara kepada harmoni dari sombong kepada tawadhuk. Dari bakhil kepada pemurah. Dari tidak berperikemanusiaan kepada bertimbang rasa. Daripada kemurkaan Tuhan kepada maghfirahNya. Bila ini terjadi, yakni segala mahmudah telah menjadi perangai kita semua, maka bukan kita saja yang baik dan selamat. Tapi masyarakat dan negara dengan sendirinya menjadi baik dan selamat, aman dan makmur serta mendapat keredhaan Allah SWT. Inilah yang Allah kehendaki dari firman-Nya: Negara yang aman makmur mendapat keredhaan Allah.(Saba' : 15) Tetapi sebaliknya bila individu dalam masyarakat dan negara itu jahat zahir dan batinnya maka jadilah apa yang terjadi dalam masyarakat kita ini. Krisis demi krisis. Perpecahan demi perpecahan. Ukhwah remuk-redam, hancur berkecai. Percampuran bebas muda-mudi hingga di upacara agama pun masih menjadi jadi. Perkataan bersih, cekap dan amanah bukan kata-kata keramat lagi. Perzinaan dan rogol masih berleluasa hingga di kawasan kawasan masjid, rumah Allah pun terjadi. Arak dan dadah masih merupakan najis-najis yang belum dapat dibersihkan lagi. Rasuah selaku peras ugut terhormat seolah-olah tidak dapat dibendung lagi. Penyalahgunaan kuasa sudah menjadi tradisi para penguasa. Kata mengata, fitnah memfitnah menjadi basahan harian. Kejahatan sendiri sudah tidak nampak lagi, tapi kesalahan orang lain walau kecil sekalipun diperbesar-besarkan. Ahli-ahli agama berbagga dengan kelulusan serta menakut-nakutkan rakyat dengan jawatan. Tiada pimpinan tunjuk ajar dan didikan yang berhikmah dan berkasih sayang ke arah menegakkan hukum Allah. Sebab itu mereka tidak dihormati. Tegasnya masyarakat kita belumlah boleh dikatakan masyarakat yang bahagia yang aman makmur dan mendapat keampunan dari Allah. Yang ada hanyalah pembangunan dan kemajuan kebendaan, itupun bukan milik mutlak umat Islam. Firman Allah: Akan ditimpa kehinaan di mana saja kamu berada kecuali kamu melakukan habluminallah dan hablumminannas.(Ali Imran: 112)

BAGIAN 2

Para hadirin-hadirat sekalian. Oleh karena bulan Ramadhan sudah pergi, maka pagi ini kenalah kita menyambut kedatangan Idul Fitri walaupun berhari raya dan bergembira itu bukannya layak bagi kita. Peerah seorang salafussoleh tidak merayakan Hari Raya dengan alasan dia tidak berjaya dalam mujahadatunnafsi sepanjang Ramadhan yang berlalu. Maka bagi kita pula marilah kita bersyukur di pagi,ini karena pintu taubat masih terbuka untuk kita. Rayakan Idul Fitri ini dengan bertaubat sebanyak-banyak taubat. Kemudian sembahyang, berdoa, berzikir, tasbih, tahmid dan takbirlah sebanyak-banyaknya. Bolehlah bersalam-salaman, bermaaf-maafan dan saling berziarah tapi jangan sampai berketawa ria dan berpesta menjamu selera hatta berpoya-poya. Semuanya itu sangat menggemuk dan merangsangkan nafsu untuk lebih menuhani kita. Moga-moga nafsu kita tidak berpeluang untuk melalaikan dan menipu serta menjauhkan kita daripada Allah SWT. Selama ini kita kononnya sudah sedar, sudah ingin membaiki diri karena itu kita rela meninggalkan maksiat-maksiat lam. Tapi kemanakah kita pergi sebenarnya? Jawabnya, kita lari dari satu dosa kepada dosa lain. Dari kejahatan lahir kepada kejahatan nafsu amarah dan lauwamah yang mana kejahatan dan keburukannya lebih dahsyat lagi. Artinya kita belum selamat lagi. Kita belum jumpa dan belum tempoh lagi jalan jalan ke syurga yang mana jalannya penuh ranjau dan duri mengait, seperti sabda Rasulullah: Di kelilingi Neraka oleh perkara-perkara yang digemari nafsu. Dan di kelilingi Syurga oleh perkara yang dibenci. Memang mujahadatunnafsi itu adalah pahit, susah dan payah sekali. Nilai kesusahannya adalah sepadan dengan nikmat syurga yang maha lazat dan manis. Maka hendaklah kita mencuba dan berlumba-lumbalah untuk merebut peluang istimewa ini.

Kaum muslimin-muslimat yang dihormati sekalian. Mulai hari ini marilah kita berjuang dan berperang. Berjuang untuk membentuk diri dengan tiga kekuatan. Kekuatan jiwa, kekuatan mental dan kekuatan fizikal. Inilah senjata untuk kita memerangi musuh utama kita, iaitu nafsu dan syaitan. Peperangan ini adalah peperangan paling besar kata Rasulullah. Jauh lebih besar dan dahsyat dari peperangan Badar. Yang mana kalaulah kita berjaya menewaskan kedua-duanya, musuh-musuh lahir seperti Yahudi, Nasrani dan Komunis dan Sekularis ini akan menjadi mudah untuk dihadapi.Kita bangunkan kembali iman dan ukhwah dan keselarasan di kalangan ummah. Inilah kekuatan asas bagi masyarakat atau jemaah. Kemudian kita perjuangkan tegaknya kebahagiaan masyarakat iaitu barisan pembesar dan penguasa yang adil. Ulama yang mendidik dan memberi nasihat kepada umat. Si kaya yang pemurah, jadi bank kepada masyarakat. Si miskin yang redha dan sabar, tidak meminta-minta dan mencari. Rakyat dan pengikut yang taat. Suami yang bertanggungjawab. Isteri yang malu dan suka berkhidmat. Anak-anak yang patuh. Gadis-gadis yang sangat menjaga maruah dan pemuda yang beri tenaga untuk membangunkan masyarakat. Kita usahakan agar semuanya dilakukan karena cinta pada Allah dan ingin mencari keredhaanNya. Seterusnya kita perjuangkan pula agar tertegaknya pembangunan, ekonomi, kenderaan dan alat-alat perhubungan dan apa-apa juga keperluan dan kemudahan hidup sebagai alat dan keselesaaan hidup ummah.

Saudara-saudari sekalian. Kalaulah sempat kita melakukan itu semua, iaitu membina kekuatan, kebahagiaan dan alat kemudahan ummah, maka perjuangan kita akan menghala kepada terbentuknya satu rupa masyarakat yang tidak ada di mana dan bila-bila sebelum ini, kecuali di zaman Rasulullah dan salafussoleh. Waktu itu Islam akan dipuja dan dijunjung kembali oleh manusia sedunia. Dunia yang sunyi dari peperangan, pergaduhan, perpecahan dan sebarang kejahatan. Dan moga-moga kita kembah menjadi tuan-tuan dan penguasa-penguasa di bumi seperti mana datuk nenek kita iaitu para salafussoleh yang pernah menjawatnya dulu. InsyaAllah. Moga-moga jadilah kita hamba-hamba yang Allah redhai, yang layak menduduki SyurgaNya. FirmanNya: Allah Taala telah berjanji kepada orang lelaki mukmin dan orang perempuan mukmin iaitu syurga yang mengalirnya di bawahnya sungai-sungai hal keadaan mereka kekal di dalamnya dan juga tempat tinggal yang baik di dalam syurga Jannatul Naim. Keredhaan Allah itu adalah lebih besar dan itulah dia kemenangan yang maha besar. (Surah At Taubah: 72)

Tiada ulasan:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...