Sabda Nabi S.A.W "Sampaikan dari Ku walau pun satu ayat"

Buku Pelawat

Topik Panas

Khamis, Julai 31, 2014

Rahsia Sebenar Batu Terapung Israk Mikraj

Batu Asli yang sebenarnya

Batu Terapung yang di edit - Palsu


Rahsia Sebenar Batu Terapung Israk Mikraj:
Setiap kali kedatangan tarikh peristiwa Isra’ Mikraj sekitar bulan Jun tahun depan, pasti gambar-gambar ini disebarkan ke serata dunia may...

Ahad, Julai 27, 2014

Hukum Takbir Hari Raya Berjemaah

‎HUKUM TAKBIR HARI RAYA BERJAMA’AH
Oleh : Buya Yahya (Pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon)

بسم الله الرحمن الرحيم  
الحمد لله رب العالمين و الصلاة و السلام على رسول الله سيدنا محمد بن عبد الله و على أله و صحبه و من والاه. أما بعد

1. Takbir di Malam Hari Raya

           Bertakbir di malam hari raya adalah merupakan sunnah Nabi Muhammad  yang amat perlu untuk di lestarikan dalam menampakkan dan mengangkat syi’ar Islam.Para ulama dari masa kemasa sudah biasa mengajak ummat untuk melakukan takbir baik setelah sholat (takbir muqoyyad) atau di luar sholat (takbir mursal).

            Lebih lagi takbir dengan mengangkat suara secara kompak yang bisa menjadikan suara semakin bergema dan berwibawa adalah yang biasa dilakukan ulama dan ummat dari masa ke masa.
             Akan tetapi ada sekelompok kecil dari orang yang hidup di akhir zaman ini begitu berani mencaci dan membid’ahkan takbir bersama-sama. Dan sungguh pembid’ahan ini tidak pernah keluar dari mulut para salaf (ulama terdahulu).

Mari kita cermati riwayat-riwayat berikut ini yang menjadi sandaran para ulama dalam mengajak bertakbir secara kompak dan bersama-sama.

A.  Berdasarkan Hadits dalam Shohih Imam Bukhori No 971  yang diriwayatkan oleh Ummi Athiyah, beliau berkata :

كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ الْعِيدِ، حَتَّى نُخْرِجَ الْبِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا، حَتَّى نُخْرِجَ الْحُيّاَضَ، فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ، وَيَدْعُونَ بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَطُهْرَتَهُ.(رواه البخاري
            
  Artinya : “Kami diperintahkan untuk keluar pada hari raya sehingga para wanita-wanita yang masih gadispun diperintah keluar dari rumahnya,    begitu juga wanita-wanita yang sedang haid dan mereka berjalan dibelakang para manusia (kaum pria) kemudian para wanita tersebut mengumandangkan takbir bersama takbirnya manusia (kaum pria)dan berdoa dengan doanya para manusia serta mereka semua mengharap keberkahan dan kesucian hari raya tersebut”.

Di sebutkan dalam hadits tersebut

  فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ 

Para wanita tersebut mengumandangkan takbir bersama takbirnya manusia. Itu menunjukan  takbir  terjadi secara berjamaah atau bersamaan.

Bahkan dalam riwayat imam Muslim dengan kalimat”para wanita bertakbir bersama-sama orang-orang yang bertakbir”

  يُكَبِّرْنَ مَعَ النَّاس

B. Yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari sayyidina Umar bin Khottob  dalam bab takbir saat di mina 

وَكَانَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يُكَبِّرُ فِي قُبَّتِهِ بِمِنًى فَيَسْمَعُهُ أَهْلُ الْمَسْجِدِ فَيُكَبِّرُونَ وَيُكَبِّرُ أَهْلُ الْأَسْوَاقِ حَتَّى تَرْتَجَّ مِنًى تَكْبِيرًا

Artinya : “Sahabat umar bertakbir di qubahnya yang berada di tanah mina lalu penduduk masjid mendengarnya dan kemudian mereka bertakbir  begitu penduduk pasar bertakbir sehingga tanah mina bergema dengan suara takbir”
 .
Ibnu Hajar Al Asqolani (pensyarah besar kitab shohih buhkori) mengomentari kalimat : 

   حَتَّى تَرْتَجَّ مِنًى تَكْبِيرًا 
Dengan

 "أي يَضْطَرِّبُ وَتَتَحَرَّكُ, وَهِيَ مُبَالَغَةٌ فِي اجْتِمَاعِ رَفْعِ الصَّوْتِ"            

Bergoncang dan bergerak, bergetar  yaitu menunjukan kuatnya  suara yang  bersama-sama .
 
C. Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Imam Syafi’i ra dalam kitab Al’um  1/264 :

أَحْبَبْتُ أَنْ يَكُبِّرَ النَّاسُ جَمَاعَةً وَفُرَادًى فِي المَسْجِدِ وَالْأَسْوَاقِ وَالْطُرُقِ وَالْمَنَازِلِ والْمُسَافِرِيْنَ والْمُقِيْمِيْنَ فِي كُلِّ حَالٍ وَأَيْنَ كَانُوْا وَأَنَ يَظْهَرُوْا الْتَكْبِيْرَ "

               Artinya : “Aku senang(maksudnya adalah sunnah) orang-orang pada bertakbir secara bersama dan sendiri-sendiri, baik di masjid, pasar, rumah, saat bepergian atau rmukim dan setiap keadaan dan di manapun mereka berada  agar mereka menampakkan(syi’ar)  takbir”. 

D. Tidak pernah ada dari ulama terdahulu yang mengatakan takbir secara berjamaah adalah bid’ah. Bahkan yang ada adalah justru sebaliknya anjuran dan contoh  takbir bersama-sama dari ulama terdahulu .
 
Kesimpulan tentang takbir bersama-sama:
1. Pernah terjadi takbir barsama-sama pada zaman Rasulullah dan para sahabat
2. Anjuran dari Imam Syafi’i ra mewakili  ulama salaf  .
3. Tidak pernah ada larangan takbir bersam-sama dan juga tidak ada perintah takbir harus sendiri-sendiri.Yang ada adalah anjuran  takbir dan dzikir secara mutlaq baik secara  sendirian atau berjamaah.
4. Adanya pembid’ahan dan larangan takbir bersama-sama hanya terjadi pada orang-orang akhir zaman yang sangat bertentangan dengan salaf.

2. Menghidupkan malam hari raya dengan ibadah

Hukum menghidupkan malam hari raya dengan amal ibadah. Sudah disepakati oleh para ulama 4 madzhab bahwa disunnahkan untuk kita menghidupkan malam hari raya dengan memperbanyak ibadah. Imam nawawi dalam kitab majmu’ berkata sudah disepakati oleh ulama bahwa dianjurkan untuk menghidupkan malam hari raya dengan ibadah dan pendapat seperti ini juga yang ada dalam semua kitab fiqh 4 madzhab. Artinya kita dianjurkan untuk menghidupkan malam hari raya dengan sholat, berdzikir, dan membaca Al-Quran khususnya bertakbir.  Karena malam hari raya adalah malam bergembira, banyak sekali hamba-hamba yang lalai pada saat itu maka sungguh sangat mulia yang bisa mengingat Allah di saat hamba-hamba pada lalai.

3. Yang dilakukan Santri dan Jama’ah Al Bahjah 

1. Takbir keliling dalam upaya membesarkan syi’ar takbir.
2. Kunjung dari masjid ke masjid untuk melakukan sholat sunnah.
3. Menyimak tausyiah di beberapa masjid yang dikunjungi.
 
Yang semua itu dalam upaya menjalankan  sunnah yang dijelaskan oleh para ‘ulama tersebut di atas. Wallahu a’lam Bishshowaab.‎

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين و الصلاة و السلام على رسول الله سيدنا محمد بن عبد الله و على أله و صحبه و من والاه. أما بعد

1. Takbir di Malam Hari Raya

Bertakbir di malam hari raya adalah merupakan sunnah Nabi Muhammad yang amat perlu untuk di lestarikan dalam menampakkan dan mengangkat syi’ar Islam.Para ulama dari masa kemasa sudah biasa mengajak ummat untuk melakukan takbir baik setelah sholat (takbir muqoyyad) atau di luar sholat (takbir mursal).

Lebih lagi takbir dengan mengangkat suara secara kompak yang bisa menjadikan suara semakin bergema dan berwibawa adalah yang biasa dilakukan ulama dan ummat dari masa ke masa.

Akan tetapi ada sekelompok kecil dari orang yang hidup di akhir zaman ini begitu berani mencaci dan membid’ahkan takbir bersama-sama. Dan sungguh pembid’ahan ini tidak pernah keluar dari mulut para salaf (ulama terdahulu).

Mari kita cermati riwayat-riwayat berikut ini yang menjadi sandaran para ulama dalam mengajak bertakbir secara kompak dan bersama-sama.

A. Berdasarkan Hadits dalam Shohih Imam Bukhori No 971 yang diriwayatkan oleh Ummi Athiyah, beliau berkata :

كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ الْعِيدِ، حَتَّى نُخْرِجَ الْبِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا، حَتَّى نُخْرِجَ الْحُيّاَضَ، فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ، وَيَدْعُونَ بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَطُهْرَتَهُ.(رواه البخاري

Artinya : “Kami diperintahkan untuk keluar pada hari raya sehingga para wanita-wanita yang masih gadispun diperintah keluar dari rumahnya, begitu juga wanita-wanita yang sedang haid dan mereka berjalan dibelakang para manusia (kaum pria) kemudian para wanita tersebut mengumandangkan takbir bersama takbirnya manusia (kaum pria)dan berdoa dengan doanya para manusia serta mereka semua mengharap keberkahan dan kesucian hari raya tersebut”.

Di sebutkan dalam hadits tersebut

فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ

Para wanita tersebut mengumandangkan takbir bersama takbirnya manusia. Itu menunjukan takbir terjadi secara berjamaah atau bersamaan.

Bahkan dalam riwayat imam Muslim dengan kalimat ”para wanita bertakbir bersama-sama orang-orang yang bertakbir”  يُكَبِّرْنَ مَعَ ال

B. Yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari sayyidina Umar bin Khottob dalam bab takbir saat di mina

وَكَانَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يُكَبِّرُ فِي قُبَّتِهِ بِمِنًى فَيَسْمَعُهُ أَهْلُ الْمَسْجِدِ فَيُكَبِّرُونَ وَيُكَبِّرُ أَهْلُ الْأَسْوَاقِ حَتَّى تَرْتَجَّ مِنًى تَكْبِيرًا

Artinya : “Sahabat umar bertakbir di qubahnya yang berada di tanah mina lalu penduduk masjid mendengarnya dan kemudian mereka bertakbir begitu penduduk pasar bertakbir sehingga tanah mina bergema dengan suara takbir”

.

Ibnu Hajar Al Asqolani (pensyarah besar kitab shohih buhkori) mengomentari kalimat :

حَتَّى تَرْتَجَّ مِنًى تَكْبِيرًا Dengan "أي يَضْطَرِّبُ وَتَتَحَرَّكُ, وَهِيَ مُبَالَغَةٌ فِي اجْتِمَاعِ رَفْعِ الصَّوْتِ"

Bergoncang dan bergerak, bergetar yaitu menunjukan kuatnya suara yang bersama-sama .

C. Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Imam Syafi’i ra dalam kitab Al’um 1/264 :

أَحْبَبْتُ أَنْ يَكُبِّرَ النَّاسُ جَمَاعَةً وَفُرَادًى فِي المَسْجِدِ وَالْأَسْوَاقِ وَالْطُرُقِ وَالْمَنَازِلِ والْمُسَافِرِيْنَ والْمُقِيْمِيْنَ فِي كُلِّ حَالٍ وَأَيْنَ كَانُوْا وَأَنَ يَظْهَرُوْا الْتَكْبِيْرَ "

Artinya : “Aku senang(maksudnya adalah sunnah) orang-orang pada bertakbir secara bersama dan sendiri-sendiri, baik di masjid, pasar, rumah, saat bepergian atau rmukim dan setiap keadaan dan di manapun mereka berada agar mereka menampakkan(syi’ar) takbir”.

D. Tidak pernah ada dari ulama terdahulu yang mengatakan takbir secara berjamaah adalah bid’ah. Bahkan yang ada adalah justru sebaliknya anjuran dan contoh takbir bersama-sama dari ulama terdahulu .

Kesimpulan tentang takbir bersama-sama:

1. Pernah terjadi takbir barsama-sama pada zaman Rasulullah dan para sahabat

2. Anjuran dari Imam Syafi’i ra mewakili ulama salaf .

3. Tidak pernah ada larangan takbir bersam-sama dan juga tidak ada perintah takbir harus sendiri-sendiri.Yang ada adalah anjuran takbir dan dzikir secara mutlaq baik secara sendirian atau berjamaah.

4. Adanya pembid’ahan dan larangan takbir bersama-sama hanya terjadi pada orang-orang akhir zaman yang sangat bertentangan dengan salaf.

2. Menghidupkan malam hari raya dengan ibadah

Hukum menghidupkan malam hari raya dengan amal ibadah. Sudah disepakati oleh para ulama 4 madzhab bahwa disunnahkan untuk kita menghidupkan malam hari raya dengan memperbanyak ibadah. Imam nawawi dalam kitab majmu’ berkata sudah disepakati oleh ulama bahwa dianjurkan untuk menghidupkan malam hari raya dengan ibadah dan pendapat seperti ini juga yang ada dalam semua kitab fiqh 4 madzhab. Artinya kita dianjurkan untuk menghidupkan malam hari raya dengan sholat, berdzikir, dan membaca Al-Quran khususnya bertakbir. Karena malam hari raya adalah malam bergembira, banyak sekali hamba-hamba yang lalai pada saat itu maka sungguh sangat mulia yang bisa mengingat Allah di saat hamba-hamba pada lalai.

3. Yang dilakukan Santri dan Jama’ah Al Bahjah

1. Takbir keliling dalam upaya membesarkan syi’ar takbir.

2. Kunjung dari masjid ke masjid untuk melakukan sholat sunnah.

3. Menyimak tausyiah di beberapa masjid yang dikunjungi.

Yang semua itu dalam upaya menjalankan sunnah yang dijelaskan oleh para ‘ulama tersebut di atas. Wallahu a’lam Bishshowaab.

Oleh : Buya Yahya (Pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon) di petik dari Pondok Habib

Rabu, Julai 23, 2014

15 FAKTA WAHHABI BERDUSTA ATAS NAMA IMAM SYAFI'E

1). Imam Syafie berpegang baca qunut.. lihat kitab al-Umm. Andaian Imam Syafie tak baca Qunut kerana berpegang kpd 'sekiranya hadis sahih, maka ia mazhabku' hanya andaian pihak yg tak setuju, bg mereka hadis tak kuat.. bg Imam Syafie hadis kuat..

2). Kalau mereka melemahkanpun hujah solat sunat 2 rakaat sebelum Jumaat pun, mereka tak pula kata, siapa buat, jd bid'ah dan sesat..

3). Semua ulama setuju, azan Jumaat hanya sekali di zaman Nabi. Namun, Imam Syafie tak menolak amalan dua azan utk solat Jumaat.. lagi laa beliau tidak mengatakan sesat. Yg kata sesat hanya Wahhabi..

4). Imam syafie berpendapat tak sampai amalan pahala kepada mayyit itu dlm qaul qadim beliau, tp dlm qaul jadid beliau berpendapat sampai. Itupun sebenarnya pendapat tersebut byk disalahfahami. Beliau menyatakan tak sampai, jika tidak diniatkan utk sampai kpd si mati.

5). Semua ulama bersetuju, seorang mujtahid tak boleh mengikut mazhab.. lagilah dia mujtahid mutlak.. ratusan ribu hadis di dadanya.. dalam kitabnya Risalah, dia menyuruh org awam ikut mazhab muftinya..

6). Ya, kita berpegang seperti pandangan Imam Syafie tentang pembayaran zakat dgn beras.. cuma fatwa semasa berusaha memudahkan umat..suatu ijtihad baru dan tidak taqlid semata-mata.. pelik pula mereka tak setuju ijtihad..

7). Kalau betul pun Imam Syafie tak tulis Sayyidina dalam selawat2 dalam kitab2nya, tiada pula imam Syafie kata sesat terhadap orang yg tulis atau lafaz 'sayyidina'..

8) Betul Imam Syafie mengatakan afdhal baca surah kahfi, tp tiada pula Imam Syafie kata sesat dan masuk neraka siapa yg baca surah Yasin pd malam Jumaat..

9). Baca balik kitab al-Umm tu.. siapa yg berzikir kuat, Imam al-syafie kata 'hasan' (baik), walau afdhalnya senyap.. dia tak kata sesat pun bahkan 'hasan', maksudnya bid'ah hasanah' lah tu..

10). Ulama mazhab Syafie tak kata melafazkan lafaz niat tu sunnah, tp mereka mengatakan 'mustahab' (dpt pahala), sekiranya membantu menetapkan hati.. kalau dah tetap hati, tak payah baca pun takpa..

11). Jawapan : sama dengan no 4

12). Ulama syafie khilaf hukum mengkapur dan membangun bangunan atas kubur. Bukan hukum yg qat'ie

13). Imam Syafie mengithbat dan tafwidh.. tiada riwayat yg sahih mengatakan Imam Syafie ithbat secara zahir.. berbeza wahhabiah, mengisbatkan secara lahir atau haqiqi, kemudian baru serah pada Allah.. seolah-olah mereka kata, Allah beranggota tp tak macam makhluk.. bg Salaf yang sebenar, mereka ithbat (tanpa mengata itu makna zahir atau tidak), dan serahkan kepada Allah maknanya yg hakiki.

14). Imam Syafie dah memahami sifat-sifat Allah dan nama-nama-Nya..dipermudahkan oleh ulama selepas Imam Syafie menjadi 20.

15). Isu mengusap muka selepas solat bukan isu besar sehingga boleh sesat..

(Wahhabi ni bukanlah golongan yg tak buat itu tak buat ini. Tapi wahhabi ialah golongan yg suka menjatuh hukum bidaah ke atas perkara yg furu' (cabang) serta khilafiyah. Suka menjatuh syirik, kufur dan sesat kpd sesama ummat Islam yg tidak sependapat dgn mereka. Mereka adalah agen musuh Islam dari dalam)

"Jawapan di atas ditulis oleh asatizah SUNNI."

Oleh: Ustaz Zamihan Al-GhariUstaz Zamihan Al-Ghari

Selasa, Julai 22, 2014

Sifat sifat buruk Yahudi yang di sebut dalam Quran dan Kitab Talmut mereka yang diubahsuai

    Al-Quran banyak menceritakan kedegilan bangsa Yahudi seperti bagaimana orang Yahudi mengingkari perintah Allah SWT walaupun sebahagian besar Rasul dan Nabi adalah dari kalangan kaum itu.

    Allah SWT melalui wahyunya dalam Al-Quran telah menggambarkan sifat buruk orang Yahudi yang zalim, membuat kerusakan di muka bumi, dan memusuhi bangsa lain, terutama sekali kaum Muslimin.

    Berikut merupakan 22 sifat buruk bangsa Yahudi seperti yang disebut di dalam Al-Quran:

    1. Keras hati dan zalim (Al-Baqarah:75,91,93,120,145,170; An-Nisa:160; Al-Maidah:41)

    2. Kebanyakan fasik dan sedikit beriman kepada Allah SWT (Ali Imran:110; An-Nisa:55)

    3. Musuh yang paling bahaya bagi orang-orang Islam (Al-Maidah:82)

    4. Amat mengetahui kekuatan dan kelemahan orang-orang Islam seperti mereka mengenal anak mereka sendiri (Al-An’am:20)

    5. Mengubah dan memutarbelitkan kebenaran (Al-Baqarah:75,91,101,140,145,211; Ali Imran:71,78;  An-Nisa:46; Al-Maidah:41)

    6. Menyembunyikan bukti kebenaran (Al-Baqarah:76,101,120,146; Ali Imran:71)

    7. Hanya menerima perkara-perkara atau kebenaran yang dapat memenuhi cita rasa atau nafsu mereka (Al-Baqarah:87,101,120,146; Al-Maidah:41)

    8. Ingkar dan tidak dapat menerima keterangan dan kebenaran Al-Quran (Al-Baqarah:91,99; Ali Imran:70)

    9. Memekakkan telinga kepada seruan kebenaran, membisukan diri untuk mengucapkan perkara yang benar, membutakan mata terhadap bukti kebenaran dan tidak menggunakan akal untuk menimbangkan kebenaran (Al-Baqarah:171)

    10. Mencampur adukkan yang benar dan yang salah, yang hak dan yang batil (Ali Imran:71)

    11. Berpura-pura mendukung orang Islam tetapi apabila ada di belakang orang-orang Islam, mereka mengutuk dengan sekeras-kerasnya (Al-Baqarah:76; Ali Imran:72,119)

    12. Hati mereka sudah tertutup akan Islam kerana dilaknat oleh Allah SWT yang disebabkan oleh kekufuran mereka sendiri (Al-Baqarah:88,120,145,146)

    13. Kuat berpegang pada semangat kebangsaan mereka dan mengatakan bahawa mereka adalah bangsa yang istimewa yang dipilih oleh Tuhan dan meyakini agama yang selain daripada Yahudi adalah salah (Al-Baqarah:94,111,113,120,135,145; Al-Maidah:18)

    14. Tidak akan ada kebaikan untuk seluruh manusia jika mereka memimpin (An-Nisa:53)

    15. Tidak suka, dengki, iri hati terhadap orang-orang Islam (Al-Baqarah:90,105,109,120)

    16. Mencintai kemewahan dan kehidupan dunia, bersifat tamak dan rakus, menginginkan umur yang panjang dan mengejar kesenangan serta takut akan kematian (Al-Baqarah:90,95,96,212)

    17. Berkata bohong, mengingkari janji dan melampaui batas (Al-Baqarah:100,246,249 Ali Imran:183,184; An-Nisa:46)

    18. Berlindung di sebalik mulut yang manis dan perkataan yang baik (Al-Baqarah:204,246; Ali Imran:72; An-Nisa:46)

    19. Mengada adakan perkara-perkara dusta dan suka kepada perkara-perkara dusta (Ali Imran:24,94,183,184; Al-Maidah:41)

    20. Berlaku sombong dan memandang rendah terhadap orang-orang Islam (Al-Baqarah:206,212,247)

    21. Tidak amanah dan memakan hak orang lain dengan cara yang salah (Ali Imran:75,76; At-Taubah:34)

    22. Selalu melakukan kerusakan dan menganjurkan peperangan (Ali Imran:64). [foren]

      Sumber: Berita Palestina


      Berikut merupakan Sifat buruk bangsa Yahudi seperti yang disebut di dalam Kitab Talmut / taurat yg di ubahsuai spt juga injil yg di ubahsuai oleh pendita nasrani:

      “Hanya orang-orang Yahudi yang manusia, sedangkan orang-orang bukan Yahudi bukanlah manusia, melainkan binatang belaka.” (Kerithuth 6b hal.78, Jebhammoth 61a)

      “Orang-orang bukan Yahudi diciptakan sebagai budak/hamba abdi untuk melayani orang-orang Yahudi.”(Midrasch Talpioth 225)

      “Angka kelahiran orang-orang bukan Yahudi harus dikurangkan sekecil mungkin.” (Zohar II, 4b)

      “Orang-orang bukan Yahudi harus dijauhi, bahkan lebih daripada babi yang sakit.” (Orach Chaiim 57, 6a)

      “Tuhan (Yahweh) tidak pernah marah kepada orang-orang Yahudi, melainkan hanya (marah) kepada orang-orang bukan Yahudi.” (Talmud IV/8/4a)

      “Di mana saja mereka (orang-orang Yahudi) datang, mereka akan menjadi pangeran raja-raja.”(Sanhedrin 104a)

      “Terhadap seorang bukan Yahudi tidak menjadikan orang Yahudi berzina. Bisa terkena hukuman bagi orang Yahudi hanya bila berzina dengan Yahudi lainnya, yaitu isteri seorang Yahudi. Isteri bukan Yahudi tidak termasuk.” (Talmud IV/4/52b)

      “Tidak ada isteri bagi bukan Yahudi, mereka sesungguhnya bukan isterinya.” (Talmud IV/4/81 dan 82ab)

      “Orang-orang Yahudi harus selalu berusaha untuk menipudaya orang-orang bukan Yahudi.” (Zohar I, 168a)

      “Jika dua orang Yahudi menipu orang bukan Yahudi, mereka harus membahagi keuntungannya.” (Choschen Ham 183, 7)

      “Tetaplah terus berjual beli dengan orang-orang bukan Yahudi, jika mereka harus membayar uang untuk itu.” (Abhodah Zarah 2a T)

      “Tanah orang bukan Yahudi, kepunyaan orang Yahudi yang pertama kali menggunakannya.”(Babba Bathra 54b)

      “Setiap orang Yahudi boleh menggunakan kebohongan dan sumpah palsu untuk membawa seorang bukan Yahudi kepada kejatuhan.” (Babha Kama 113a)

      “Kepemilikan orang bukan Yahudi seperti padang pasir yang tidak dimiliki; dan semua orang (setiap Yahudi) yang merampasnya, berarti telah memilikinya.” (Talmud IV/3/54b)

      “Orang Yahudi boleh mengeksploitasi kesalahan orang bukan Yahudi dan menipunya.” (Talmud IV/1/113b)

      “Orang Yahudi boleh mempraktikkan riba terhadap orang bukan Yahudi.” (Talmud IV/2/70b)

      “Ketika Messiah (Raja Yahudi Terakhir atau Ratu Adil) datang, semuanya akan menjadi budak-budak orang-orang Yahudi.” (Erubin 43b)

      Sumber: Al Ustadz Achmad Rofi'i Asy Syirbuni



      Rabu, Julai 16, 2014

      Penyakit RIAK

      Perkara yang paling aku takut sekali ketika berjihad ialah penyakit hati iaitu RIAK... RIAK dalam keadaan sedar atau tidak sedar... sengaja atau tidak sengaja...

      Rasulullah SAW sendiri takut akan penyakit ini menimpa umatnya kerana ia boleh berlaku dalam pelbagai keadaan...

      Kerisauan itu dinyatakan Rasulullah SAW dalam sabda bermaksud: "Sesungguhnya yang paling ditakutkan daripada apa yang aku takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil)....

      Sahabat bertanya: "Apakah dimaksudkan syirik kecil itu? Baginda menjawab: Riak." (Hadis riwayat Imam Ahmad)

      Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya Fathul Baari berkata: "Riak ialah menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat manusia... lalu mereka memuji pelaku amalan itu."

      Kerisauan Rasulullah SAW terhadap sifat riak disebabkan penyakit hati ini mudah menyerang setiap insan kerana jiwa manusia memiliki kecenderungan suka menerima puji dan kedudukan tinggi di hadapan orang lain... Al-Muhasibi menjelaskan penyebab riak: "Senang dipuji dan takut dicela, tunduk kepada dunia dan tamak kepada perkara dimiliki orang lain."

      Riak juga berbahaya kerana meresap dalam amalan umat Islam dalam keadaan samar. Mereka yang dihinggapi penyakit riak tidak menyedari ibadah sudah tercemar kerana hilang keikhlasan...

      Riak dianggap Rasulullah SAW sebagai amalan syirik kecil kerana bagi seseorang yang sudah dihinggapi sifat ini ibadahnya tidak lagi ikhlas untuk mendapat keredaan Allah... sebaliknya menempatkan insan lain sebagai tandingan bagi Allah kerana amalnya bertujuan menarik perhatian insan itu...

      Justeru, riak bukan sekadar boleh menyebabkan seorang terjebak dalam dosa... ia sebenarnya boleh menyebabkan amalan tidak diterima Allah... ini yang paling aku takut...

      Imam Ibnu Taymiyyah berkata: "Sesungguhnya bagi seseorang yang bersikap riak dalam ibadah... bukan saja ibadahnya batal... malah dia turut mendapatkan dosa daripada perbuatannya itu yang dianggap syirik kecil..."

      Apabila suatu amalan dilaksanakan dengan ikhlas kerana Allah... ia akan diterima oleh-Nya... Sebaliknya... apabila amalan diniatkan untuk mendapat perhatian... pujian atau meraih keuntungan duniawi... maka ia tidak diterima Allah... contoh terdekat memuat naik gambar atau video didalam facebook sambil berperang atau memegang senjata yang kononnya hebat dan berniat untuk mendapat pujian dan LIKE yang banyak... ini yang aku takut... takut akan perkongsian tersalah tafsir dengan sendirinya...

      Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: "Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya... dan sesungguhnya amalan seseorang dibalas sesuai dengan apa yang dia niatkan." (Hadis riwayat Imam al-Bukhari)

      Allah berfirman bermaksud: "Padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah Allah dengan memurnikan (ikhlas) ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus... dan supaya mereka mendirikan solat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus..." (Surah Al-Bayyinah, ayat 5)

      Imam Ibnu al-Qayyim ketika menafsirkan ayat itu menyatakan: "Seperti Allah adalah satu dan tiada Tuhan selain-Nya begitu pula hendaklah amal ibadah itu layak dipersembahkan hanya untuk-Nya dan tiada sekutu... demikian juga halnya jika hanya dia sebagai sembahan... maka wajiblah mengesakannya dalam perhambaan kerana amal yang salih adalah amal yang bersih daripada riak dan terikat dengan sunah."

      Amal seseorang diterima Allah harus memenuhi dua syarat iaitu niat ikhlas semata-mata demi Allah dan dilakukan sesuai dengan tuntutan syariat (mengikuti sunnah Nabi).

      Rasulullah SAW mengajar umatnya memohon perlindungan dengan membaca doa: "Ya, Allah! Sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu daripada perbuatan syirik yang kami ketahui. Kami memohon ampunan kepada-Mu daripada dosa (syirik) yang kami tidak mengetahuinya." (Hadis riwayat Ahmad)

      Pada akhirat nanti... bagi mereka yang riak akan menerima pembalasan dengan dibongkarkan niatnya yang buruk itu di depan seluruh makhluk seperti sabda Rasulullah SAW bermaksud: "Siapa beramal kerana sumah (ingin didengari manusia) Allah akan membalasnya dengan diperdengarkan kejelekannya... Siapa berbuat riak... maka Allah akan menampakkan sifat riaknya itu (di depan makhluk)." (Hadis riwayat Imam al-Bukhari)

      Ya Allah... aku memohon perlindungan dari penyakit hati yang kotor ... ampunilah dosaku yang sebelumnya moga aku tidak mengulangi segala niat dan perbuatan yang Engkau laknati...

      Wallahualam...

      Oleh: Ahmad Salman Abdul Rahim

      Sabtu, Julai 05, 2014

      Adab berbuka cara Rasulullah SAW



      Antara tujuan berpuasa adalah agar Muslim dapat berasakan kesukaran yang dilalui fakir miskin yang benar-benar kekurangan makanan.

      Jadi puasa sepatutnya bukan setakat berlapar dan dahaga hanya pada siang hari namun sepanjang hari. Ini bermakna jika berbuka puasa, makan sepatutnya secara ala kadar. Bukan selagi boleh muat perut.

      Puasa Ramadan adalah tuntutan syariat di mana turutannya ialah yang ketiga selepas mengucap dua kalimah syahadah dan solat lima waktu.

      Rukun Islam adalah pelengkap kepada Rukun Iman di mana kedua-duanya wajib difahami dan dipraktikkan secara bersungguh-sungguh.

      Sebagai Muslim yang mengaku beriman dan cintakan ALLAH SWT, sewajarnya contohi sunnah Rasulullah SAW.

      ALLAH berfirman yang bermaksud: “Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai ALLAH, ikutilah aku, nescaya ALLAH mengasihi dan mengampuni dosa-dosa mu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Surah Ali Imran: 31)

      Ibnu Katsir (701-704H) mentafsir ayat ini dalam kitab tafsirnya Tafsir Ibnu Katsir dengan menyatakan, “Ayat ini menjadi bukti, “Siapa saja yang mengaku mencintai ALLAH SWT, namun ia tidak berjalan sesuai dengan jalan yang telah ditetapkan oleh Nabi Muhammad SAW, maka orang tersebut hanya berdusta saja. Dirinya diakui benar-benar mencintai ALLAH, tatkala dia mengikuti ajaran yang dibawa Muhammad SAW, baik dalam perkataan, perbuatan, dan persetujuan beliau SAW.”

      Islam utamakan kualiti

      Sesungguhnya Islam mengutamakan kualiti berbanding kuantiti. Ibadah berkualiti hanya boleh didapati dengan menuruti perintah dan larangan ALLAH SWT dan sunnah Rasulullah SAW.

      Muslim yang memiliki akal yang sihat sewajarnya membandingkan sesuatu ibadah yang dipelajari daripada ustaz, tok imam atau buku dengan hadis sahih yang membicarakan ibadah berkaitan sesuatu perkara. Hadis tersebut boleh dipelajari dengan guru berkelayakan dalam bidang berkaitan.

      Kitab Nailul Authar (172 - 250H) susunan Imam Syaukani adalah kitab yang sesuai dijadikan bahan rujukan untuk perkara berkaitan ibadah dari bab air, solat, puasa dan seterusnya kerana ia mengandungi hadis yang secara keseluruhannya berdarjat sahih sungguh pun terdapat beberapa derajat hadis yang diperdebatkan ulama.    

      ALLAH SWT berfirman maksudnya “Dan sesiapa yang taat kepada ALLAH dan Rasul-Nya, akan dimasukkan ALLAH ke dalam syurga yang mengalir dari bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya, dan itulah kejayaan yang amat besar.” (Surah An-Nisaa' : 13)

      “Sesiapa yang taat kepada Rasulullah, maka sesungguhnya dia telah taat kepada ALLAH, dan sesiapa yang berpaling ingkar, maka maka (janganlah berdukacita wahai Muhammad), kerana kami tidak mengutus mu untuk menjadi pengawal (yang memelihara mereka daripada melakukan kesalahan).” (Surah An-Nisaa' : 80)

      Maksudnya sesiapa yang taat kepada Rasulullah SAW secara automatik mereka taat kepada ALLAH SWT.

      Jadi, seseorang yang mengaku beriman sewajarnya menuruti sunnah Rasulullah SAW, bukan setakat ikut cakap-cakap ustaz itu atau tok imam ini.

      Setiap pelajaran ugama berkaitan ibadah yang diajar mereka yang bukan berstatus rasul ini (dan tidak maksum) sewajarnya dibandingkan dengan perintah atau larangan ALLAH SWT dan sunnah Rasulullah SAW menggunakan hadis sahih sebagai neraca. Jika benar menurut kedua-dua sumber itu ambil dan amalkan.Jika tidak, maka tinggalkan sahaja.

      ALLAH SWT berfirman maksudnya: “Wahai orang yang beriman, taatlah ALLAH dan taatlah Rasul-Nya dan Ulil-Amri (Pemimpin) kalangan kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada ALLAH dan Rasul-Nya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi mu), dan lebih baik akibatnya.” (Surah An-Nisaa : 59)

      ALLAH SWT secara tegas berfirman maksudnya: “Dan apa jua perintah yang dibawa Rasulullah SAW kepada kamu maka terimalah serta amalkan, dan apa jua yang dilarang-Nya kamu melakukannya maka patuhilah larangan-Nya. (Surah al-Haysr: 07)

      Amalan ketika berbuka

      Berikut adalah beberapa adab yang dipraktikkan Rasulullah SAW ketika berbuka puasa yang penulis kaitkan dengan isi artikel ini. Rasulullah SAW menyegerakan berbuka puasa.

      Rasulullah SAW bersabda, “Manusia itu sentiasa dalam kebaikan selagi mereka menyegerakan berbuka puasa.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

      Rasulullah SAW berdoa ketika berbuka, baginda bersabda yang bermaksud:“Sesungguhnya doa orang yang berpuasa itu tidak tertolak ketika dia berbuka.”(Ibnu Majah)

      Menurut hadis sahih, Baginda juga baca bismillah sebelum makan dan membaca doa setelah selesai makan. Baginda berbuka dengan makanan yang mudah dimakan dan mudah dicerna.

      Daripada Anas RA berkata, "Rasulullah SAW berbuka puasa dengan beberapa biji rutab (tamar basah) sebelum solat, jika tiada rutab Baginda berbuka dengan tamar, dan sekiranya tamar tiada baginda akan berbuka dengan air." (Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi. Kata Tirmidzi ia hadis hasan]

      "Rasulullah SAW menyegerakan solat maghrib berdasarkan apa yang dinyatakan dalam hadis di atas iaitu baginda berbuka puasa dengan beberapa biji rutab sebelum solat.

      Jika makanan telah dihidangkan? Menyentuh hal ini baginda bersabda, “Apabila dihidangkan makanan maka mulailah dengannya (makanan itu) sebelum kamu solat Maghrib dan janganlah kamu tergopoh-gapah ketika makan." (Riwayat Bukhari dan Muslim) 

      Mereka yang berbuka dengan rutab, tamar atau air dan terus solat dan terus solat maghrib sedangkan makanan telah terhidang dikatakan oleh ulama yang mengamalkan sunnah di atas sebagai pengamal bidaah iaitu tidak mengikuti contoh yang ditunjukkan Rasulullah SAW. '

      Mengenai kuantiti makanan memadai seseorang menuruti hadis ini yang menunjukkan adab/akhlak baginda yang tinggi, Baginda bersabda yang bermaksud: "Tidaklah anak Adam itu mengisi satu bekas yang lebih buruk daripada perutnya.

      Sudah cukuplah bagi anak Adam itu dengan beberapa suap (makanan) yang dapat meluruskan tulang belakangnya (sekadar memberi tenaga), jika tidak boleh, maka satu pertiga untuk makanannya, satu pertiga untuk minumannya dan satu pertiga untuk pernafasan." (Riwayat Ibnu Majah dan Tirmizi. Kata al-Tirmizi: hadis hasan sahih)

      Fikir-fikirkanlah setakat mana iman kita kepada Rasulullah SAW. Adakah kita benar-benar menuruti sunnahnya, beribadah secara berlebihan dengan melakukan bidaah atau meremehkan sunnahnya?

      Sumber: Sinar Harian

      Selasa, Julai 01, 2014

      Perkara-perkara sunat ketika puasa di Bulan Ramadhan :

      1) Menyegerakan berbuka jika telah yakin matahari telah terbenam. Berbeza jika dia hanya merasa syak, maka wajib ke atasnya berjaga-jaga dan melewatkan berbuka.


      2) Bersahur walaupun dengan seteguk air, walaupun telah kenyang

      - waktu sahur bermula dari tengah malam

      - hikmahnya adalah untuk menguatkan badan dan menyalahi perbuatan ahli kitab yang tidak bersahur.

      3) Melambatkan bersahur tetapi tidak terlalu lambat. Dan disunatkan imsak (menahan diri) dari memakan sesuatu sekitar tempoh bacaan 50 ayat (lebih kurang 15 minit) sebelum terbit fajar.

      4) Berbuka dengan rutob (kurma basah) dengan angka ganjil. Jika tiada, maka dengan busr (kurma segar). Jika tiada, maka dengan tamr (kurma kering) . Jika tiada, maka dengan air zam. Jika tiada, maka dengan makanan manis (tidak disentuh api) seperti madu dan kismis . Jika tiada, maka dengan masakan manis (disentuh api) seperti kuih-muih.


      5) Membaca doa berikut :

      (اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ. ذَهَبَ الظَمَأُ، وَابْتَلَّتْ العُرُوْقُ، وَثَبَتَ الْأجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ.

      الْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَعَانَنِي فَصُمْتُ وَرَزَقَنِيْ فَأَفْطَرْتُ. اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ أَنْ تَغْفِرَلِيْ)

      Kemudian, berdoa dengan apa sahaja yang dimahukan.

      Ertinya : “Ya Allah! KeranaMu aku berpuasa. DenganMu aku beriman. Dengan rezekiMu aku berbuka. Hilanglah dahaga, basahlah tekak dan tetaplah ganjarannya jika dimahukan Allah. Segala puji bagi Allah yang membantuku hingga aku dapat berpuasa, yang memberiku rezeki hingga aku dapat berbuka. Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepadaMu, dengan rahmatMu yang meliputi segala perkara, agar Engkau ampunkanlah aku”.

      [ Doa ini diriwayatkan awalnya oleh Abu Daud dan akhirnya oleh Ibnus Sunni ]

      6) Menjamu orang berbuka puasa, kerana padanya pahala yang besar.

      Sabda Rasulullah sallallahu alaihi wasallam : ((Barangsiapa yang menjamu orang berbuka puasa, nescaya dia beroleh sama pahala seperti orang yang dijamu itu, tanpa berkurang sedikitpun pahala orang yang berpuasa itu)). Riwayat Tirmidzi (dan beliau mentashihkannya), Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban,

      7) Mandi janabah (jika ada) sebelum fajar, untuk mengelak dari khilaf yang ada dan supaya dia dapat memulakan puasanya dalam keadaan suci.

      8) Mandi setiap malam di Bulan Ramadhan selepas maghrib supaya dia cergas untuk melakukan ibadah qiam.

      9) Berterusan melakukan Solat Tarawih dari malam pertama hingga malam terakhir. Sabda Rasulullah sallallahu alaihi wasallam : ((Barangsiapa yang berqiam (mendirikan Solat Tarawih) di Bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan menghitung ganjaran, nescaya diampunkan baginya dosanya yang telah lalu)). Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim.

      10) Tuntutan yang kuat untuk berterusan melakukan Solat Witr. Solat Witr di Bulan Ramadhan mempunyai 3 keistimewaan berbanding di bulan lain :

      10.1 disunatkan berjemaah

      10.2 disunatkan untuk menyaringkan bacaan

      10.3 disunatkan padanya bacaan Doa Qunut di sebahagian akhir Bulan Ramadhan mengikut pandangan yang muktamad

      11) Memperbanyakkan bacaan Al-Quran sambil bertadabbur (menghayati) maknanya.

      Disebut di dalam satu athar : “Ramadhan adalah Bulan Al-Quran”.

      12) Memperbanyakkan amalan-amalan sunat, seperti solat rawatib, solat dhuha, solat tasbih dan solat awwabin.

      13) Memperbanyakkan amalan-amalan soleh, seperti bersedekah, menyambung talian persaudaraan, menghadiri majlis ilmu, beri’tikaf, melakukan umrah, sentiasa menyedari kewujudan Allah dengan menjaga hati dan anggota badan serta banyak membaca doa-doa yang ma’thur iaitu yang datang daripada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam.

      14) Lebih bersungguh dalam beribadat di sepuluh malam terakhir disamping mencari Lailatul, lebih-lebih lagi di malam-malam yang ganjil.

      15) Memastikan berbuka puasa dengan santapan yang halal.

      16) Melebihkan layanan kepada anak-anak.

      17) Meninggalkan perkara sia-sia dan perbuatan memaki-hamun. Sekiranya dia dimaki seseorang, maka hendaklah dia mengingati dihatinya bahawa di sedang berpuasa, agar dia mengelak diri dari mencacatkan puasanya. Dan sunat juga untuk melafazkannya dilidah jika dia tidak takut berlaku riya’, sebagai amaran dan jawapan terbaik kepada musuhnya.

      (Kitab Taqrirat Sadidah - m/s 444-446)

      Semoga bermanfaat

      Dari: Lau Laa Murabbi Maa 'Araftu Rabbi

      Yaqazah amalan Ahli Sunnah wal Jamaah

      Yaqazah iaitu bertemu Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam dalam keadaan jaga bukanlah suatu yang mustahil dengan keizinan dari Allah. Namun untuk bertemu dengan baginda sallaLlahu 'alaihi wasallam dalam keadaan jaga bukanlah suatu yang mudah.

      Asas dalil kepada yaqazah adalah

      zahir hadis berikut yang menunjukkan seseorang yang soleh boleh bertemu secara sedar atau jaga (yaqazah) dengan Rasulullah s.a.w., tetapi dengan syarat mestilah pernah bertemu dahulu secara mimpi (ru’ya) dengan baginda s.a.w. Dari Abu Hurairah r.a. katanya: Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:

      « من رآني في المنام فسيراني في اليقظة، ولا يتمثل الشيطان بي»

      “Sesiapa yang melihatku di dalam mimpi, maka dia akan melihatku secara yaqazah (di dalam keadaan jaga), kerana syaitan tidak boleh

      menyerupaiku”.

      [Hadis riwayat al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Ahmad. Lafaznya dari al-Bukhari]

      Selain dariapada itu, ramai ulama yang mengatakan atau mengiktiraf kemungkinan boleh bertemu secara sedar atau jaga (yaqazah) dengan Rasulullah s.a.w. antaranya adalah :

      1. Imam Ibn Abi Jamrah al-Maliki dalam Bahjah al-Nufus.

      2. Al-‘Allamah Ahmad al-Nafrawi al-Maliki dalam Syarh Risalah Ibn Abi Zayd.

      3. al-Hafiz Ibn Hajar al-‘Asqalani dalam Fathul Bari Syarh Sahih al-Bukhari.

      4. al-Hafiz Jalaluddin al-Suyuti dalam Tanwir al-Halak fi Imkan Ru’yah an-Nabi wa al-Malak.

      5. Imam al-Nawawi dalam Syarah Sahih Muslim.

      6. Imam al-Ghazali dalam al-Munqiz min al-Dhalal.

      7. Imam Syihabuddin al-Qarafi,

      8. Imam ‘Afif al-Din al-Yafi‘i al-Syafi‘i dalam (روض الرياحين).

      9. Al-‘Allamah Ibn al-Haj al-Maliki dalam al-Madkhal.

      10. Al-Qadhi Ibnu al-‘Arabi al-Maliki dalam kitabnya (قانون التأويل).

      11. Imam Ibn ‘Ata’illah al-Sakandari (w. 709H) dalam kitab Lata’if al-Minan.

      12. Al-Qadhi Syaraf al-Din al-Barizi dalam (توثيق عرى الإيمان).

      13. Imam Tajuddin al-Subki.

      14. Imam al-Qurtubi dalam (التذكرة في أحوال الموتى وأمور الآخرة).

      15. Al-‘Allamah Ibn Battal al-Maliki

      16. Al-‘Allamah Ibn al-Tin

      17. Imam ‘Izz al-Din ibn ‘Abd al-Salam dalam al-Qawa'id al-Kubra.

      18. Al-‘Allamah Mulla ‘Ali al-Qari dalam Syarh al-Syama'il.

      19. Al-Qadhi Ibn al-Munayyir.

      20. Imam Ibn Daqiq al-‘Id.

      21. Imam ‘Abd al-Wahhab al-Sya‘rani dalam beberapa kitabnya.

      22. Imam Ibn Hajar al-Haytami al-Makki dalam al-Fatawa al-Hadithiyyah.

      23. Al-‘Allamah ‘Abd al-Ra’uf al-Munawi dalam Faydh al-Qadir.

      24. Syeikh ‘Abdul Qadir bin ‘Abdullah al-‘Idrus (w. 1038H) dalam kitabnya al-Nurus Safir ‘an Akhbaril Qarnil ‘Asyir.

      25. Imam Abu al-‘Abbas al-Qurtubi dalam al-Mufhim.

      26. Imam al-Qastallani dalam al-Mawahib al-Laduniyyah.

      27. Imam al-Baqillani.

      28. Al-‘Allamah Sadruddin al-Qunawi dalam Syarh al-Arba‘in.

      29. Al-‘Allamah Burhanuddin al-Biqa’i dalam al-Hawi.

      30. Al-Qadhi ‘Iyadh al-Maliki.

      31. Al-‘Allamah al-Maziri.

      32. Al-‘Allamah Nuruddin al-Iji.

      33. Al-‘Allamah ‘Abd al-Ghani al-Nabulsi dalam Syarh Salawat al-Jaylani.

      34. Syeikh Ahmad ibn ‘Ajibah al-Hasani (w. 1224H) dalam al-Futuhat al-Ilahiyyah.

      35. Al-‘Allamah Syeikh Ibn ‘Allan al-Siddiqi.

      36. Al-‘Allamah Najmuddin al-Ghazi dalam kitabnya al-Kawakib al-Sa’irah.

      37. Imam Syah Waliy Allah al-Dihlawi dalam al-Durr al-Thamin.

      38. Al-‘Allamah al-Alusi dalam tafsir Ruh al-Ma'ani.

      39. Sayyid ‘Abdul Rahman al-‘Idrus dalam kitab Syarh Salawat al-Badawi.

      40. Syeikh ‘Ali al-Ajhuri al-Maliki dalam al-Nur al-Wahhaj.

      41. Syeikh Muhammad al-Khalili dalam al-Fatawa.

      42. Syeikh ‘Abdullah Sirajuddin al-Halabi dalam al-Solat 'ala al-Nabiy.

      43. Al-‘Allamah Syeikh Yusuf al-Nabhani dalam Sa‘adah al-Darayn, Syawahidul Haq dan Jami‘ Karamatil Auliya’.

      44. Syeikh Badi‘ al-Zaman Sa‘id al-Nursi.

      45. Syeikh Ibrahim al-Bajuri dalam Syarh al-Syama’il.

      46. Syeikh Muhammad Hasanain Makhluf.

      47. Syeikh Abu al-Qasim Muhammad al-Hafnawi dalam Ta'rif al-Khalaf.

      48. Al-‘Allamah Dr. ‘Abdul Halim Mahmud, Syeikhul Azhar.

      49. Al-‘Allamah Sayyid ‘Abdullah al-Siddiq al-Ghumari dalam kitabnya Fadha’ilun Nabi SAW.

      50. Al-‘Allamah Dr. Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki dalam al-Zakha’ir al-Muhammadiyyah.

      51. Al-‘Allamah Dr. Muhammad Sa‘id Ramadan al-Buti.

      52. Al-Allamah Dr. ‘Ali Jum‘ah, Mufti Mesir dalam al-Bayan.

      53. Dr. ‘Umar ‘Abdullah Kamil,

      54. Dr. Mahmud al-Zayn.

      55. Datuk Seri Maharaja Awang Haji Ismail bin Umar Abdul Aziz, Mufti Brunei.

      Ustaz Mohd Khafidz bin Soroni dari Institut Kajian Hadith Selangor telah panjang lebar menerangkan mengenai yaqazah di sini :

      http://sawanih.blogspot.com/2012/07/blog-post.html

      Malahan JAKIM juga memperakui adanya yaqazah berbeza dengan yaqazah yang dipercayai oleh al Arqam :

      http://www.islam.gov.my/sites/default/files/menjawab_dakwaan_yaqazah_sesat_jemaah_al-arqam.pdf

      Wallahua'lam bissowab

      Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...