Sabda Nabi S.A.W "Sampaikan dari Ku walau pun satu ayat"

Buku Pelawat

Topik Panas

Isnin, Jun 17, 2013

Jangan Lupakan Bulan Sya’ban

 

“Bulan Sya’ban itu bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan. Ia adalah bulan yang diangkat oleh Tuhan amal-amal. Aku ingin diangkat amalku ketika aku sedang berpuasa.” (HR An-Nasa’i dari Usamah).

Nishfu Sya’ban adalah hari atau malam pertengahan bulan Sya’ban (15 Sya’ban). Nishfu artinya setengah atau seperdua, dan Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam perhitungan tahun Hijriyyah. Kata Sya’ban berasal dari kata syi’ab (jalan di atas gunung). Dikatakan Sya’ban karena pada bulan itu ditemui berbagai jalan untuk mencapai kebaikan.

Malam Nishfu Sya’ban dimuliakan karena pada malam itu dua malaikat, yakni Raqib dan Atid, yang mencatat amal perbuatan manusia sehari-hari, menyerahkan catatan-catatan amal tersebut kepada Allah SWT. Pada malam itu pula catatan-catatan itu ditukar dengan yang baru. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Bulan Sya’ban itu bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan. Ia adalah bulan yang diangkat oleh Tuhan amal-amal. Aku ingin diangkat amalku ketika aku sedang berpuasa.” (HR An-Nasa’i dari Usamah.)

Di samping itu, pada malam Nishfu Sya’ban turun beberapa kebaikan dari Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya yang berbuat baik pada malam tersebut. Kebaikan-kebaikan itu berupa syafa’at (pertolongan), maghfirah (ampunan), pembebasan dari adzab, dan sebagainya. Dengan demikian, malam Nishfu Sya’ban antara lain dinamakan juga malam syafa’at, malam maghfirah, dan malam pembebasan.

Sehubungan dengan malam Nishfu Sya’ban yang dinamakan juga malam syafa’at, Al-Ghazali mengatakan, “Pada malam ke-13 Sya’ban, Allah SWT memberikan kepada hamba-hamba-Nya sepertiga syafa’at, pada malam ke-14 diberikan-Nya pula dua pertiga syafa’at, dan pada malam ke-15 diberikan-Nya syafa’at itu penuh. Hanya yang tidak memperoleh syafa’at itu ialah orang-orang yang sengaja hendak lari daripada-Nya sambil berbuat keburukan seperti unta yang lari.”

Malam itu juga disebut malam maghfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan ampunan-Nya kepada segenap penduduk bumi. Di dalam hadits Rasulullah SAW dijelaskan, “Tatkala datang malam Nishfu Sya’ban, Allah memberikan ampunan-Nya kepada penghuni bumi, kecuali orang yang syirik dan berpaling dari-Nya.” (HR Ahmad).

Selain itu malam Nishfu Sya’ban juga disebut malam pembebasan, karena pada malam itu Allah SWT membebaskan manusia dari siksa neraka. Sabda Nabi SAW di dalam hadits yang diriwayatkan Ibn Ishak dari Anas bin Malik, “Wahai Humaira (panggilan sayang untuk Asiyah RA), apa yang engkau perbuat pada malam ini? Malam ini adalah malam Nishfu Sya’ban, Allah memberikan kebebasan dari neraka laksana banyaknya bulu kambing Bani Kalb, kecuali (yang tidak dibebaskan) enam, yaitu orang yang tidak berhenti minum khamr, orang yang mencerca kedua orangtuanya, orang yang membangun tempat zina, orang yang suka menaikkan harga (secara aniaya), petugas cukai yang tidak jujur, dan tukang fitnah.” Dalam riwayat lain disebutkan tukang pembuat patung atau gambar sebagai ganti petugas cukai.

Salah satu amal yang biasa dilakukan sebagian orang pada malam Nishfu Sya’ban adalah shalat sunnah Nishfu Sya’ban sebanyak 100 rakaat. Namun itu ditentang keras oleh Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Majmu’ Syarh Al-Muhazzab (Kumpulan Penjelasan tentang Buku Al-Muhazzab). An-Nawawi memandang, hadits-hadits yang menerangkan shalat tersebut adalah hadits maudu’ (hadits palsu). Oleh karenanya, melaksanakan shalat tersebut adalah bid’ah. Apa yang diungkapkan Imam Nawawi diikuti pula oleh Sayyid Abu Bakar Syata Ad-Dimyati (ahli tasawuf) dalam kitabnya I’anat At-Talibin.

Empat Bulan

Habib Abdurrahman Basurrah, salah satu tokoh Arrabithah Alawiyyah, menuturkan, dalam dua belas bulan yang kita kenal dalam penanggalan Hijriyyah ada empat bulan yang dikenal dengan nama Asharul Hurum. Empat bulan yang diharamkan oleh Allah SWT untuk berbuat hal yang tidak baik dan fadhilahnya bagi yang berbuat baik dalam empat bulan ini sangat luar biasa. Bulan-bulan tersebut adalah bulan ketujuh yaitu Rajab, bulan ke sebelas yaitu Dzulqa’dah, bulan kedua belas yaitu Dzulhijjah, dan bulan pertama yaitu Muharram.

Empat bulan ini sangat dihormati dalam Islam, sampai orang yang berperang pada waktu itu harus menghentikan peperangan untuk menghormati keempat bulan ini.

Saat ini kita berada di akhir bulan Rajab, semakin banyak kegiatan keagamaan, seperti khataman Bukhari dan berbagai kegiatan lainnya. Kita akan menghadapi bulan Sya’ban, dan Rasulullah SAW menyuruh kita lebih mempersiapkan diri pada bulan Sy’aban. Mengapa? Karena bulan Sya’ban ini adalah bulan persiapan untuk memasuki Ramadhan.

Sebenarnya 12 bulan itu bulan Allah semua, tetapi mengapa dikhususkan untuk berbuat lebih banyak kebaikan pada bulan tertentu? Karena pada bulan-bulan itu terjadi hal-hal yang bisa dijadikan dasar untuk memuliakan, walaupun semuanya itu sudah perintah Allah SWT.

Misalnya, apa yang terjadi pada bulan Sya’ban. Mungkin banyak di antara kita yang tidak mengingatnya, yaitu dijadikannya Ka’bah sebagai kiblat shalat, sebelumnya kiblatnya adalah Baitul Maqdis. Sampai suatu saat Rasulullah SAW merasa alangkah baiknya kiblat itu menghadap ke arah Ka’bah. Jadi bertolak belakang dengan Baitul Maqdis. Dan perpindahan kiblat itu terjadi pada bulan Sya’ban.

Terjadinya tahwilul Ka’bah, dijadikannya Ka’bah sebagai kiblat shalat, pada bulan Sya’ban. Masa-masa sebelum perpindahan kiblat itu Rasulullah SAW menunggu kapan turunnya wahyu berkenaan dengan keinginan beliau agar kiblat pindah ke Ka’bah. Akhirnya pada bulan Sya’ban turun Malaikat Jibril AS membawa wahyu perintah dari Allah SWT agar berpaling dari Baitul Maqdis dan menjadikan Ka’bah sebagai kiblat. Turunnya perintah ini pada bulan Sya’ban. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 144, “Sungguh Kami melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani yang diberi Kitab Taurat dan Injil memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya, dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”

Allah SWT selalu mengabulkan apa-apa yang diinginkan oleh Rasulullah SAW, termasuk keinginan untuk memindahkan kiblat. Bahkan dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dikatakan, Allah SWT belum ridha sebelum Rasulullah ridha.

Kapan tepatnya pemindahan kiblat itu ke Ka’bah? Perintah pindahnya kiblat itu terjadi pada pertengahan Sya’ban. Oleh sebab itu Nishfu Sya’ban diagungkan oleh umat Islam.

Amal-amal kita pada bulan-bulan sebelum Sya’ban terekam, dan diangkat ke langit pada bulan Sya’ban.

Usamah bin Zeid bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu puasa lebih banyak daripada pada bulan Sya’ban, kenapa?”

Rasulullah SAW menjawab, “Bulan Sya’ban adalah bulan yang memalingkan, sehingga orang sering lupa. Karena Rajab pahalanya sudah luar biasa, begitu juga nanti Ramadhan. Sebenarnya pada bulan Sya’ban segala amal diangkat ke hadirat Allah SWT dan aku ingin ketika amalku diangkat aku dalam keadaan berpuasa.” (Hadits riwayat Nasa’i).

Rasulullah SAW rutin berpuasa dalam bulan Sya’ban. Bahkan, karena fadhilahnya yang begitu besar, beliau memperbanyak puasanya pada bulan Sya’ban. Malah dalam hadits riwayat Anas bin Malik dikatakan, dalam bulan-bulan lain memang Rasulullah juga berpuasa, tapi tidak penuh, terkecuali dalam bulan Sya’ban. Jadi Rasulullah SAW berpuasa dua bulan, yaitu Sya’ban dan Ramadhan.

Namun Aisyah RA berkata bahwa ia tidak pernah melihat Rasulullah penuh berpuasa selain Ramadhan dan paling banyak berpuasa selain Sya’ban. Jadi kedudukan puasa Sya’ban ini di bawah Ramadhan, hukumnya sunnah, sedangkan puasa Ramadhan hukumnya wajib. Puasa bulan Sya’ban bertujuan untuk mengagungkan Ramadhan, li ta’dhim Ramadhan.

Hadits riwayat Abu Daud: Siti Aisyah mengatakan, bulan yang paling dicintai Rasulullah itu bulan Sya’ban, selain Ramadhan. Mungkin memang pernah Rasulullah tidak penuh berpuasa selama bulan Sya’ban, tapi terus dilanjutkan ke bulan Ramadhan. Ini menunjukkan betapa sangat besar fadhilah bulan Sya’ban.

Dalam satu riwayat juga dikatakan, Sayyidina Ali RA keluar pada malam Nishfu Sya’ban. Pandangannya terus tertuju ke langit. Nabi Daud AS juga keluar pada malam itu. Mereka yang berdoa dikabulkan. Tidak ada orang yang beristighfar terkecuali dia diampuni oleh Allah SWT.

Hadits lain yang diriwayatkan oleh Said bin Manshur dalam sunnahnya, tidak ada suatu malam yang lebih utama selain Lailatul Qadar kecuali malam Nishfu Sya’ban, karena Allah SWT pada malam itu memberikan perhatian-Nya yang lebih ke langit dunia, mengampuni hamba-Nya yang meminta ampun, kecuali mereka yang musyrik, orang yang mencari pertentangan, dan orang yang memutuskan silaturahim.

Oleh karena itu, pada malam Nishfu Sya’ban kita dianjurkan lebih banyak beribadah, seperti membaca Al-Qur’an, berdzikir, agar memperoleh rahmat Allah SWT.

Hadits yang diriwayatkan oleh Ali dari Rasulullah SAW, kalau berjumpa dengan malam Nishfu Sya’ban, kita diperintahkan untuk menghidupkan malam itu. Berpuasalah pada hari itu. Karena sebenarnya Allah SWT turun dengan rahmat-Nya. Orang-orang yang beristighfar akan diampuni, yang meminta rizqi akan diberi. Allah SWT membuka pintu-Nya. Mereka yang sakit akan disembuhkan. Malam itu sampai fajar subuh penuh rahmat.

Namun amalan yang dilakukan untuk mendapatkan rahmat itu bisa tertolak karena melakukan dosa besar. Di antaranya, pertama, syirik. Kedua, membunuh sesama muslim tanpa hak. Ketiga, berzina.

Tentang keutamaan malam Nishfu Sya’ban ini, terdapat beberapa hadits yang menurut sebagian ulama shahih. Di antaranya hadits Aisyah RA, “Suatu malam Rasulullah SAW shalat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil Allah. Karena curiga, aku gerakkan telunjuk beliau, dan ternyata masih bergerak.

Setelah usai shalat, beliau berkata, ‘Hai Aisyah, engkau tidak dapat bagian!’

Lalu aku menjawab, ‘Tidak, ya Rasulullah, aku hanya berpikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada), karena engkau bersujud begitu lama.’

Lalu beliau bertanya, ‘Tahukah engkau, malam apa sekarang ini?’

‘Rasulullah yang lebih tahu,’ jawabku.

‘Malam ini adalah malam Nishfu Sya’ban, Allah lebih mengawasi hamba-hamba-Nya pada malam ini, Dia mengampuni mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang, dan menyingkirkan orang-orang yang dengki’.” (HR Baihaqi).

Demikianlah malam Nishfu Sya’ban, yang sering terlupakan, karena diapit oleh dua bulan yang paling mulia, yaitu Rajab dan Ramadhan. Semoga kita bisa memaksimalkan ibadah sehingga meraih keutamaannya, seperti yang dijanjikan oleh Allah SWT. Sesungguhnya Dia Maha Menepati janji.

[Sumber: Pondok Habib]

Tiada ulasan:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...