Di anatara fenomena mutakhir di mana ada di kalangan umat Islam yang berpandangan bahawa di antara ajaran Islam, di antara amal soleh yang besar ganjarannya, ialah mencari aib orang lain lalu menyebarkannya dan memberi ulasan ke atasnya. Apatah lagi dalam suasana kecanggihan teknologi komunikasi sekarang ini, amal soleh tersebut amat mudah dilaksanakan, semudah “klik” dengan menggunakan tetikus komputer atau menyentuh di atas talifon pintar masing-masing.
Saya tertanya, kenapakah mereka tidak “klik” sentuh ayat al-Qur’an berikut ini: Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (Jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah Penerima taubat, lagi Maha mengasihani. [al-Hujurat 49:12]
Perhatikan larangan Allah: janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang. Kemudian perhatikan pula bagaimana Allah mengakhiri ayat di atas dengan firman-Nya: sesungguhnya Allah Penerima taubat, lagi Maha mengasihani, mengisyaratkan bahawa perbuatan mengintip dan mencari-cari kesalahan dan keaiban orang lain adalah satu dosa besar yang tidak akan terampun melainkan melalui taubat kepada Allah dan mengharapkan kasih sayang daripada-Nya.
Sikap yang benar di sini yang sememangnya merupakan ajaran Islam dan amal soleh yang besar ganjarannya, ialah memberi nasihat secara tertutup andai benar seseorang itu melakukan kesalahan. Sama-sama kita mengulangkaji surah al-Asr yang saya yakin semua pembaca telah pun menghafalnya.
Maaf kata, pada pengamatan saya, kategori orang yang suka menyebarkan keaiban sesama umat Islam di alam maya bukanlah dari kalangan mereka yang jarang-jarang solat, kerap mengunjungi tempat maksiat atau free hair. Akan tetapi kategori orang yang suka menyebarkannya ialah dari kalangan mereka yang tidak meninggalkan solat lima kali sehari, menjauhi tempat maksiat dan tidak mendedahkan aurat. Pendak kata, kategori orang yang suka menyebarkan keaiban umat Islam ialah mereka yang menjauhi beberapa dosa besar dan perbuatan keji.
Persoalannya, mengapakah mereka yang menjauhi beberapa dosa besar dan perbuatan keji suka mencari keaiban orang lain dan menyebarkannya? Jawapannya boleh ditemui dalam ayat al-Qur’an berikut: Dan Allah jualah yang memiliki segala yang ada di langit dan yang ada di bumi untuk membalas orang-orang yang berbuat jahat menurut apa yang mereka lakukan dan membalas orang-orang yang berbuat baik dengan balasan yang sebaik-baiknya.
(Iaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar serta perbuatan-perbuatan yang keji, kecuali salah silap yang kecil-kecil (yang mereka terlanjur melakukannya, maka itu dimaafkan). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas keampunan-Nya.
Dia lebih mengetahui akan keadaan kamu semenjak Dia mencipta kamu (berasal) dari tanah dan semasa kamu berupa anak yang sedang melalui berbagai peringkat kejadian dalam perut ibu kamu; maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dialah sahaja yang lebih mengetahui akan orang-orang yang bertakwa. [al-Najm 53:31-32]
Dalam ayat di atas, Allah menerangkan kebesarannya yang memiliki segala apa yang ada di langit dan bumi. Berdasarkan kebesaran ini, Allah akan membalas orang-orang yang berbuat jahat dan yang berbuat baik. Di antara ciri orang yang berbuat baik itu ialah mereka yang menjauhi dosa besar dan perbuatan keji. Namun Allah menekankan bahawa sebagai Yang mencipta setiap manusia dari tanah sehingga ke berbagai peringkat dalam rahim ibu, Allah mengetahui hati, perasaan dan siapakah di antara orang-orang tersebut yang benar-benar bertaqwa kepada-Nya.
Oleh itulah Allah mengingatkan dengan larangan-Nya: maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Peringatan ini diberikan kerana Allah mengetahui di kalangan orang-orang yang menjauhi dosa besar dan perbuatan keji, ada yang merasakan dirinya sudah suci. Orang-orang seperti ini memuji-muji dirinya sendiri, merasa ujub bahkan unggul berbanding umat Islam yang lain.
Atas perasaan suci, ujub dan unggul inilah, orang tersebut merasakan dirinya layak untuk mencari keaiban orang lain dan menyebarkannya. Seolah-olah hatinya berbisik: “Ahaa! Tengoklah si fulan ini yang membuat maksiat padahal aku suci dari semua itu”.
Berdasarkan firman Allah dalam ayat 31-32 surah al-Najm di atas, marilah kita semua merenung diri sendiri. Dalam rangka kita menjauhi dosa besar dan perbuatan keji, janganlah pula kita merasa diri kita sudah suci. Sebaliknya hendaklah merasa syukur dan rendah diri, dimana perasaan ini kita terjemahkan dengan sikap ingin menasihati sesama umat Islam.
(Sumber: Hafiz Firdaus Abdullah )
Kategori
- akidah (11)
- Articles in English (23)
- Bantuan dan Amal Jariah (6)
- Berita dan Isu Semasa (68)
- Bersama Tokoh (6)
- Bicara Ulama (89)
- Fatwa (33)
- Foto Story (1)
- Ibadah (120)
- Iklan (3)
- Informasi (35)
- Madah dan Sajak (12)
- Mutiara Kata (5)
- Politik dan Dakwah (237)
- Q & A Soal Jawab (26)
- Renungan (64)
- Tasauf (15)
- Tauhid (15)
- Tazkirah (283)
- Video (12)
Topik Panas
-
Islam ada panduan cara membina rumah.Namun kita lihat sering orang Islam ramai yang terpengaruh menggunakan Feng Shui yang berasal dari ...
-
Marilah kita lihat apa kata ulama ulama silam mengenai Sambutan Maulidur Rasul FAEDAH MAULID Telah berkata Ibnul Jauzi bahwa satu daripada...
-
BAS BERTINGKAT GLOBAL IKHWAN RM800,000 DIBELI SECARA TUNAI Bas bertingkat (double decker) baru milik syarikat GLOBAL IKHWAN SDN BHD t...
-
"Disebutkan bahawa ada seseorang bermimpi bertemu Nabi ﷺ di suatu tempat yang mana tempat itu semuanya bermazhab Imam Syafie.Kemudia...
-
Iman seseorang telah disepakati oleh para ulama boleh menaik dan menurun berdasarkanpelakuan di dalam kehidupan sehariannya. Jika do...
Sabtu, April 28, 2012
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
1 ulasan:
macam mana pula jika dosa yang dilakukan org2 tertentu memungkinkan kita akan menanggung sama dosa tersebut.adakah juga kita mendiamkian diri atas alasan aib dan itu urusan peribadinya.adakah itu yg dimaksudkan dalam keterangan di atas...mohon pencerahan..
Catat Ulasan