Kebanyakan dari kita dan termasuk hamba biasa dengar perkataan 'maaf' bukan? Ya! Bahkan kita selalu menyebut akan perkataan itu. Kadangkala ia keuar tanpa kita sedari dan tanpa niat kerana sudah terbiasa dengan perkataan berharga 'maaf' itu.
Anda mahu tahu apa itu maaf? Kata maaf itu sebenarnya kata akar daripada Al-'Afw yang bermaksud berlebihan. Kalimat Al-'Afw diulang sebanyak 34 kali di dalam al-Quran. Contoh ayat al-Quran yang menerangkan tentang al-'Afw yang telah hamba copy and paste sedikit sebanyak :
Mereka bertanya kepadamu tentang hal yang mereka nafkahkan (kepada orang). Katakanlah, "al-'afw" (yang berlebih dari keperluan) (QS Al-Baqarah [2]: 219).
Yakni menjadikan sesuatu yang tadinya berada di dalam yakni dimiliki menjadi tidak di dalam dan tidak dimiliki lagi.
Akhirnya kata al-'afw berkembang maknanya menjadi keterhapusan. Memaafkan, berarti menghapus luka atau bekas-bekas luka yang ada di dalam hati.
Jika dibandingkan ayat-ayat yang berbicara tentang taubat dan maaf, kita akan ditemukan bahwa kebanyakan ayat tersebut didahului oleh usaha manusia untuk bertaubat. Sebaliknya, tujuh ayat yang menggunakan kata 'afa, dan berbicara tentang pemaafan semuanya
dikemukakan tanpa adanya usaha terlebih dahulu dari orang yang bersalah.
Perhatikan ayat-ayat berikut:
"Allah mengetahui bahwa kamu mengkhianati dirimu sendiri ( dengan tidak dapat menahan nafsumu sehingga bersetubuh di malam hari bulan Ramadhan dengan dugaan
bahwa itu haram) maka Allah memaafkan kamu" (QS Al-Baqarah [2]: 187).
"Allah memaafkan kamu, mengapa engkau memberi izin kepada mereka, sebelum engkau mengetahui orang-orang yang benar (dalam alasannya) dan sebelum engkau
mengetahui pula para pembohong?" (QS Al-Tawbah [9]: 43).
"Balasan terhadap kejahatan adalah pembalasan yang setimpal, tetapi barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik, ganjarannya ditanggung oleh Allah" (QS Al-Syura [42]: 40).
Perhatikan juga firman-Nya dalam surah Ali-'Imran ayat 152 dan 155, juga Al-Maidah ayat 95 dan 101. Ternyata tidak ditemui satu ayat pun yang menganjurkan agar meminta maaf, tetapi yang ada adalah perintah untuk memberi maaf.
"Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada
Tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah?" (QS Al-Nur [24): 22).
Kesan yang disampaikan oleh ayat-ayat ini adalah anjuran untuk tidak menanti permohonan maaf dari orang yang bersalah, melainkan hendaknya memberi maaf sebelum diminta. Mereka yang enggan memberi maaf pada hakikatnya enggan memperoleh pengampunan dan Allah Swt. Tidak ada alasan untuk berkata, "Tiada maaf bagimu", kerana segalanya telah dijamin dan ditanggung oleh Allah Swt.
Perlu dingatkan juga, bahawa pemaafan yang dimaksud bukan hanya bersangkutan dengan dosa atau kesalahan kecil, tetapi juga untuk dosa dan kesalahan-kesalahan besar.
Dalam surah Al-Baqarah ayat 51-52, berbicara tentang kemaafan Allah bagi umat Nabi Musa a.s. yang mempertuhankan lembu:
"Dan (ingatlah) ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah empat puluh hari, lalu kamu menjadikan anak lembu (yang dibuat dari emas) untuk disembah sepeninggalnya, dan kamu adalah orang-orang yang zalim. Kemudian sesudah itu Kami maafkan
kesalahanmu, agar kamu bersyukur" (QS Al-Baqarah [2]: 51-52).
Oleh:
Tiada ulasan:
Catat Ulasan