Amat menyedihkan sekali di akhir zaman ini masih lagi terdapat cendekiawan islam yang sentiasa melakukan dan melaksanakan ijtihad songsangnya, di mana dalil di peroleh dan di cari semata-mata untuk mengaburi ummat agar kepentingan dapat di perolehi, malu ana melihat situasi ini, ialah bagi mereka yang telah berpuluh tahun mengkaji islam, bagi mereka yang berpuluh tahun menjejaki kebenaran, namun masih tidak dapat keluar dari kepompong kapitalis sekularis yang mengongkong minda setiap individu muslim akhir zaman ini.
Dengan kepetahan berkata, pejuang demokrasi ini sanggup menyamakan Saidina Abu Bakar dalam kelompok pejuang demokrasi ala syura, demi ALLAH kalian hanyalah pemfitnah kepada kebenaran.
Nyatakan kepada kami di mana dalil kebenaran demokrasi? nyatakan kepada kami di mana dalil Rasulullah mengamalkan demokrasi? nyatakan kepada kami di mana bisa demokrasi bisa di ertikan dengan syura ternyata ia hanyalah fitnah semata. Tanpa ada rasa bersalah dan ragu memfitnah sebuah kebenaran yang hak.
Kami tidak pernah menolak politk, kami tidak pernah menyatakan tiada politik dalam islam, kami benar dengan politiklah islam bisa tersebar luas. Tapi politik yang bagaimana, apa hubungannya. inilah dia politik sebenar yang mana Hubungan antara politik dan Islam tidak pernah terpisah, namun ianya sering kali disalahertikan dikalangan kaum muslim pada hari ini. Hal ini tidak lain terjadi akibat semakin serabutnya kaum muslim dari pandangan hidup (mabda) Islam yang seharusnya dia berpegang teguh. Keadaan ini diparahkan lagi dengan serangan budaya dan pemikiran Barat, yang kemudian membentuk pandangan muslim terhadap politik. Kemudian muncul paling tidak tiga pandangan tentang Islam dan politik. Pertama, menolak sama sekali, dengan alasan Islam memang tidak mengatur masalah politik; kedua, menerima bahwa Islam mengatur politik, namun hanya pada peringkat nilai dan substansi, bukan amalan praktikal; dan yang ketiga menyatakan dengan tegas bahwa Islam mengatur masalah politik baik dari segi asas (fikrah) sampai turunan yang praktis (thariqah).
Dalam kelompok yang ketiga ini juga muncul beberapa pandangan sebagai akibat kekaburan dalam memahami aktiviti politik. Seperti tudingan atau tuduhan yang tidak ikut memilih di pilihanraya bererti bodoh dan tidak realistik hanya berpeluk tubuh. Hujung-hujungnya bererti tidak perduli kepada umat. Atau muncul anggapan: Bagaimana disebut parti politik, kalau tidak ikut parlimen atau memilih di pilihanraya. Muncul pertanyaan sinis: eh biar betul politik di belajar di kaji ! arghhh Seminar yang melulu! Cakap bolehlah buat tengok! Bagaimana merubah negara hanya dengan bulletin atau nasrah! Eh diorang nih hanya buat mashirah saja bolehke nak ubah negara??! dan pernyataan sinis lainnya.
Di sisi lain, tidak sedikit parti politik yang mengklaim sebagai parti politik islam, justru tidak melakukan aktiviti politik yang sebenarnya. Parti politik Islam kemudian lebih mirip menjadi kebajikan masyarakat, karena yang lebih menonjol adalah aktiviti sosialnya, dibanding aktiviti politiknya. Karena itu, penting bagi kaum muslim untuk mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan amal politik yang sewajarnya dilakukan oleh seorang muslim, parti politik Islam, atau negara. Namun, tulisan ini akan membatasi sejauhmana amal politik yang harus dilakukan oleh parti politik Islam.
Pengertian Amal Politik
Untuk bisa mengatakan apakah aktiviti seseorang merupakan aktiviti politik atau tidak tentunya harus dimulai dari pengertian politik itu sendiri. Politik atau siyasah pada dasarnya adalah aktiviti yang dilakukan untuk mengurus kepentingan rakyat (umat), yang dilakukan oleh individu, parti, kelompok, atau negara atau beberapa negara (Abdul Qadim Zallum, Pemikiran Politik Islam, terj. hlm104). Hampir sama dengan defenisi tersebut V.O Key, Jr, mengartikan politik terutama terdiri atas hubungangan antaraa super ordinan dan subordinan, antaraa dominasi dan submisi, antara yang memerintah dan yang diperintah. Sedangkan Goerge Catlin mengartikan politik sebagai kegiatan manusian yang berkenaan dengan tindakan mengontrol masyarakat (the act of human social control). (Amin Rais, Cakrawala Islam, hlm 30).
Sementara untuk bisa mengatur urusan rakyat ini, kekuasaan politik (dalam bentuk negara) tentunya adalah hal yang penting sebagai thariqah (metod) untuk mengatur rakyat. Dengan demikian aktiviti politik memiliki dua ciri utama; (1) setiap aktiviti yang bermuara pada pengaturan urusan umat, baik dilakukan oleh individu, parti politik, atau negara adalah aktiviti politik; (2) berhubungan dengan kekuasaan (sultoh, power) sebagai autoriti untuk mengatur rakyat. Jadi segala aktiviti yang berhubungan dengan dua ciri diatas disebut sebagai aktiviti politik.
Sebagai parti politik Islam, tentu saja parti ini wajib menjadikan mabda (ideaologi) Islam sebagai dasar perjuangannya, termasuk yang menentukan ke arah mana perjuangan yang dilakukannya. Berkaitan dengan ini, politik Islam wajib dimaknai sebagai upaya pengaturan urusan-urusan umat berdasarkan hukum-hukum Islam baik di dalam maupun di luar. Untuk itu parti politik Islam wajib menjadikan berlanjutnya kehidupan Islam (syariah) dengan tegaknya Daulah Khilafah Islam sebagai agenda utama perjuangan mereka. Sebab, hanya dengan Daulah Khilafah Islam-lah upaya pengaturan urusan umat yang didasarkan pada hukum syara tersebut bisa diwujudkankan secara sempurna dan menyeluruh. Untuk itu amal-amal politik Rasulullah haruslah menjadi acuan. Dimulai dari Makkah sampai kemudian tegaknya Daulah Islam (Negara Islam) di Madinah. Dalam hal ini ada beberapa aktiviti nyata politik yang dilakukan Rasulullah Saw:
(1) Tasqif Murakkazah (Pembinaan intensif)
Pembinaan intensif adalah merupakan amal politik untuk mencetak ahli-ahli politik. Secara sistematik dan berlanjutan ahli-ahli ini dibina oleh parti politik sehingga mereka menjadi orang yang siap dan mampu mewujudkan cita-cita parti politik. Mereka tidak hanya mampu dari segi idea (fikrah), tapi juga mampu untuk berkorban demi perjuangan parti. Hal ini merupakan aktiviti yang sangat penting dan mendasar dalam politik. Sebab, bagaimanamungkin akan terjadi perubahan di tengah masyarakat kalau tidak ada ahli. Dan bagaimanamungkin ahli bisa bergerak ditengah masyarakat kalau ahli ini tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang perubahan yang diinginkan oleh parti. Karenanya, melalaikan amal politik ini akan menyebabkan kegagalan parti untuk meraih tujuannya.
Upaya untuk menciptakan ahli politik ini dilakukan oleh Rasulullah Saw sejak di Makkah dan tidak pernah berhenti. Sejak Rasulullah Saw diperintahkan Allah SWT untuk mengemban dakwah Islam (Qs. al-Muddatstsir [74]:1-3), beliau kemudian mulai merekrut orang-orang disekelilingnya untuk kemudian dibina menjadi ahli politik. Mereka kemudian dikumpulkan dan dibina secara serius oleh Rasulullah Saw di rumah Arqom. Disana mereka digembleng dengan aqidah Islam, dibacakan dan dijelaskan tentang al-Qur’an dan bersama-sama Rasulullah para sahabat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan pembinaan seperti ini lahirlah ahli-ahli dakwah Rasulullah Saw. Mereka adalah para sahabat yang siap secara idea (fikrah) dan rela berkorban untuk perjuangannya.
Dalam konteks sekarang, parti politik juga harus melakukan hal ini. Secara intensif harus dilakukan bimbingan. Kepada mereka ditanamkan aqidah Islam dan syariah Islam yang menyeluruh (komprehensif). Sehingga mereka sebelum terjun ke masyarakat sudah siap dengan solusi-solusi yang nyata untuk berbagai persoalan yang muncul di tengah umat. Secara praktis aktiviti ini bisa dilakukan bersandarkan dengan halaqoh-halaqoh (kelompok kecil yang terdiri atas beberapa orang) dimana disana secara sistematik dan terarah dilakukan pengkajian terhadap idea-idea Islam dari buku-buku yang diadopsi oleh parti.
(2) Tasqif Jama’iyah (Pembinaan umum)
Pembinaan umum ini dilakukakan untuk membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya penerapan syariah Islam secara kaffah oleh Daulah Khilafah Islam. Hal ini dilakukan lewat cara membina umat dengan tsaqofah Islam (pemikiran Islam), meleburnya dengan Islam, membebaskannya dari akidah rusak, pemikiran salah, serta pandangan-pandangan kufur. Membangun kesadaran umat ini adalah sangat penting. Sebab tidak akan terjadi perubahan yang mendasar di tengah-tengah umat kalau tidak terjadi perubahan kesadaran masyarakat. Penegakan Daulah Khilafah haruslah dilakukan melalui umat dalam pengertian didukung oleh kesadaran umat. Karena yang ingin dibangun adalah pemerintahan yang didasarkan pada pemikiran yang matang (al-hukum ‘ala al-Fikrah), bukan semata-mata sikap emosioanal sesaat.
Apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw adalah hal yang jelas. Rasulullah Saw sejak diperintahkan untuk menyampaikan dakwah Islam secara terbuka (Qs. al-Hijr [15]: 94), secara langsung mulai terjun ke masyarakat untuk menyampaikan Islam. Rasulullah Saw pergi ke al Batha, naik ke sebuah bukit dan menyampaikan secara lantang visi dan misi perjuangannya di hadapan orang-orang Quraish yang dia kumpulkan. Rasulullah Saw menyampaikan aqidah Islam kepada mereka dan menyeru mereka untuk masuk Islam dan bersama-sama berjuang bersama Rasulullah Saw. Rasulullah Saw juga menjelaskan kerusakan aqidah kaum kuffar yang menyembah berhala. Juga menjelaskan aturan-aturan yang rusak saat itu seperti kebiasaan menipu dalam perniagaan, membunuh anak wanita karena malu dan lain-lain.
Hal yang sama wajib dilakukan oleh parti politik Islam sekarang. Parti politik Islam harus terjun ke masyarakat menyampaikan Islam secara kaffah dan menyeluruh. Wajib pula disampaikan kewajiban menegakkan syariah Islam dan Daulah Khilafah. Kalau di masa Rasulullah, bentuk kekufuran yang dilakukan oleh masyarakatnya adalah menyembah berhala, sekarang ini harus dijelaskan bahaya idea-idea kufur seperti Kapitalisme berikut idea-idea pokoknya (sekulerisme, demokrasi, hak asasi manusia, pluralisme dan lain-lain). Dijelaskan pula kerusakan aturan-aturan kapitalisme dalam berbagai bidang yang menyengsarakan manusia. Adapun bagaimana cara praktisnya bisa dilakukan dengan berbagai uslub (teknik) dan wasail (perantaraa). Bisa dilakukan dengan pengajian-pengajian umum, khutbah jum’at, seminar, diskusi publik, debat terbuka. Termasuk lewat media masa seperti radio, televisi, surat kabar, majalah dan lainnya. Dari aktiviti ini kemudian akan muncul kesadaran umat untuk diatur semata-mata oleh syariat Islam. Kesadaran umat ini yang mendorong mereka untuk menuntut perubahan sistem negara yang jauh menyimpang dari Islam.
(3) Shiro’ul Fikr (pergolakan pemikiran)
Perubahan masyarakat haruslah diawali dengan perubahan pemikiran di tengah-tengah masyarakat tersebut. Agar berubah, masyarakat harus tahu bahwa pemikiran yang selama ini mereka anut dan percayai adalah keliru dan rusak, bahkan membahayakan mereka sendiri. Untuk itu tentu saja harus dijelaskan dimana kerusakan idea tersebut dan bahayanya kepada masyarakat. Disinilah letak penting shir’ul fikr (pergolakan pemikiran) sebagai amalan politik untuk merubah masyarakat. Pergolakan pemikiran ini dilakukan dengan cara membentang idea-idea yang salah, aqidah yang rusak atau pemahaman yang keliru di tengah masyarakat. Dijelaskan kekeliruannya dan pertentangannya dengan Islam. Tentu saja harus disertai dengan penjelasan bagaimana ketentuan hukum Islam dalam perkara tersebut.
Pergolakan pemikiran ini adalah amalan politik yang sangat nyata dilakukan oleh Rasulullah Saw. Sangat jelas bagaimana Rasulullah Saw menyerang aqidah kufur yang diyakini oleh banyak masyarakat jahiliyah pada waktu itu. Rasulullah mengecam kepercayaan mereka yang menyembah berhala dan musyrik. Tidak hanya aqidah, kebiasaan-kebiasaan rusak ditengah masyarakat juga dijelaskan oleh Rasulullah kekeliruannya, seperti kebiasaan ummat menipu dalam perniagaan, perzinaan, merendahkan anak yatim, dan kebiasaan membunuh anak perempuan karena malu.
Dalam konteks sekarang, aktiviti politik ini dilakukan dengan menjelaskan idea-idea dan aturan-aturan rusak yang diyakini masyarakat. Karena itu harus dijelaskan kekeliruan idea-idea kufur seperti sekulerisme, nasionalisme, demokrasi, hak asasi manusia dan lainnya. Dijelaskan pula bahayanya bagi umat dan pertentangannya dengan Islam. Bersamaan dengan itu dijelaskan pula bagaimana pandangan Islam dalam perkara tersebut. Secara praktis aktiviti ini bisa dilakukan dengan ceramah-ceramah, khutbah jum’at, seminar, menerbitkan tulisan (buletin, majalah, akhbar) dan lain-lain. Dari aktiviti ini diharapkan masyarakat memiliki kesadaran tentang kerusakan idea-idea kufur yang selama ini mereka anut. Pada gilirannya mereka akan mencampakkan idea-idea tersebut dan menggantikannnya dengan Islam. Semua ini akan bermuara pada kesadaran masyarakat untuk mewujudkan sistem daulah Khilafah dengan mengganti sistem kufur yang ada ditengah-tengah mereka.
(4) Kifahas-siyasi (Perjuangan Politik)
Sebuah sistem politik (negara atau masyarakat) akan berjalan selama rakyat masih percaya kepada pemimpinnya untuk mengatur kehidupan mereka. Untuk merubah sistem tersebut haruslah diputus kepercayaan rakyat terhadap pemimpinnya (dhorbul alaqot). Untuk itu harus dijelaskan dan dibongkar kerusakan pemimpin yang ada, pengkhianatan mereka terhadap rakyat, ketidadilan mereka mengurus rakyat. Termasuk menjelaskan persekongkolan mereka dengan negara-negara musuh imperialis yang melestarikan derita rakyat. Aktiviti ini lah yang disebut perjuangan politik.
Amal politik ini dilihat dari penentangan parti tersebut terhadap negara-negara imperialis kafir dalam rangka memerdekaan umat dari belengu penjajahan mereka. Membebaskan umat dari tekanan dan pengaruhnya, serta mencabut akar-akarnya baik berupa pemikiran, budaya, politik, ekonomi, maupun ketenteraan dari seluruh negeri-negeri Islam. Termasuk dalam amal politik ini adalah menentang pemimpin, mengungkap pengkhianatan mereka, melancarkan kritik (muhasabah), kontrol, dan koreksi terhadap mereka. Serta berusaha mengganti mereka apabila mereka melanggar hak-hak umat.
Hal ini dilakukan Rasulullah dengan menjelaskan kerosakan pemimpin-pemimpin kafir Quraish pada waktu itu. Abu Lahab, Abu Jahal, dan Abu Sofyan merupakan pemimpin-pemimpin yang kerap dikritik oleh Rasulullah. Bersama sahabatnya, Rasulullah menyampaikan ayat-ayat al-Qur’an yang berisi kecaman terhadap Abu Lahab yang menolak kebenaran yang disampaikan Rasulullah dengan cara yang hina (Qs. al-Lahab [111]: 1-5), mengungkap keburukan Abu Sofyan yang tidak memperhatikan anak-anak yatim (Qs. al-Ma’un [107]: 1-7). Amal praktik yang bisa dilakukan saat ini bisa dengan memilih uslub (strategi) seminar, diskusi, demonstrasi damai (masiroh), ceramah-ceramah, debat politik atau media-media lainnya.
(5) Tabanni Mashalihul ummah (Mengadopsi Kepentingan Umat)
Perubahan masyarakat pada dasarnya sangat ditentukan oleh sikap masyarakat terhadap pemimpin mereka yang menerapkan berbagai kebijakan atas mereka dan sikap mereka terhadap parti politik yang menginginkan terjadinya perubahan. Untuk itu parti politik Islam haruslah menjelaskan kepada umat bahaya setiap kebijakan dari pemimpin yang ada , kekeliruannya dan pertentangannya dengan Islam. Sementara itu, umat juga harus melihat dan menyaksikan sendiri, bahwa parti politik yang mengkoreksi tersebut memang mampu memberikan solusi terhadap persoalan-persoalan mereka. Umat harus melihat bahwa parti politik yang ingin melakukan perubahan tersebut memang layak untuk memimpin mereka, karena kemampuan mereka menyelesaikan persoalan hidup rakyat.
Disinilah letaknya kepentingan tabanni mashalihul ummat sebagai amal politik .Dilihat dari aktiviti ini adalah upaya parti politik untuk mengawasi dan mengkoreksi setiap kebijakan pemimpin yang menyimpang. Dijelaskan bahayanya bagi umat dan bagaimana solusi Islam terhadap persoalan tersebut. Seperti mengkritik kebijakan kenaikan petrol, kos pendidikan, public transport, undang-undang anti terorisma, ifc, akta orang beragama dan lain-lain. Sekaligus akan menghilangkan kepercayaan mereka terhadap pemimpin mereka yang memang tidak layak. Jelas ini akan memperkuat kesadaran masyarakat untuk mengganti sistem rusak yang ada di tengah-tengah mereka dengan sistem Islam ,yakni Daulah Khilafah Islam. Dengan seminar, masiroh (demonstrasi damai dan aman), pengiriman utusan kepada pemimpin atau parlimen, penyebaran buletin dan nasroh adalah cara-cara (uslub) yang bisa dipilih. Dari aktiviti ini masyarakat akan melihat bagaimana kehirauan dan kesiapan parti politik Islam untuk memecahkan persoalan mereka.
(6) Tholabun Nusroh (Meraih dukungan)
Mengingat setiap sistem politik pastilah terdapat orang-orang yang kuat yang berpengaruh (ahlul quwwah), maka sikap orang-orang yang berpengaruh ini jelas sangat menentukan keberhasilan perjuangan untuk menegakkan Daulah Khilafah Islam. Penerimaan mereka terhadap Islam yang disertai dengan kesadaran masyarakat akan mempercepat tegaknya sebuah sistem Islam. Sebaliknya, penolakan mereka akan menghambat keberhasilan tersebut. Untuk itu tholabun nusroh dalam pengertian meminta nusroh (dukungan) dari ahlu nusroh atau ahlul quwwah yang menjadi tokoh penting dalam masyarakat adalah sangat penting. Dari tokoh-tokoh pengaruh ini bisa diperoleh dua hal: perlindungan terhadap dakwah dan kekuasaan.
Tidak mengherankan kalau Rasulullah, disamping menyadarkan masyarakat, terus menerus melakukan upaya tholabun nusroh (meminta dukungan) kepada orang-orang atau kelompok kuat. Hal ini bisa jelas dilihat dari aktiviti Rasulullah mendatangai pemimpin-pemimpin qabilah suku quraish, bani Tsaqif (di Thaif), Bani Syaiban bin Tsa’labah, Bani Kalb dan lain-lain. Diantaraa kabilah tersebut yang kemudian menerima Rosullah adalah pemimpin dari suku Aus dan Khazraj dari Madinah. Dengan dukungan pemimpim dua kabilah ini, Rasulullah berhasil pula mendapat dukungan dari sebagian besar masyarakat madinah. Inilah kunci keberhasilan Rasulullah dalam menegakkan Daulah Islam di Madinah: dukungan ahlul quwwah (pemimpin Aus dan Khazraj) dan kesadaran masyarakat Madinah menerima Islam secara total.
Dalam konteks sekarang amal politik ini dilakukan dengan mendakwahkan dan mencari dukungan dari kelompok-kelompok kuat dan strategik di tengah masyarakat. Saat ini rata-rata di dunia Islam yang menjadi kelompok kuat ini adalah pihak ketenteraan. Secara praktik hal ini dapat dilakukan dengan menghubungi terus tokoh-tokoh penting ketenteraan dengan berbagai cara atau mengirim utusan kepada mereka. Mengajak mereka berdialog agar mereka bisa mendukung penuh tegaknya Daulah Khilafah Islam.
Demikianlah amal-amal politik yang wajib dilakukan oleh parti politik Islam sekarang. Adapun di dalam atau diluar parlimen, ikut memilih di pilihanraya atau tidak, bukanlah sebagai faktor penting dalam melakukan aktiviti politik. Apatahlagi mereka yang menyertai pilihanraya terlibat dengan demokrasi yang jauh dari islam dan jelas akan keharaman mengamalkannya. Namun amal yang bermuara pada aktiviti pengaturan urasan umat dengan cara penegakan Daulah Khilafah Islam sesungguhnya merupakan aktiviti politik yang nyata, sebagaimana yang telah dilakukan Rasulullah Saw. Jadi persoalannya bukan apakah parti tersebut ikut memilih di pilihanraya atau tidak, atau masuk parlimen atau tidak. Demikian juga uslub-uslub yang dipilih seperti seminar, debat politik, diskusi, pengkajian Islam intensif, penyebaran buletin adalah teknik-teknik yang tidak bisa dipisahkan dari aktiviti politik tersebut. Dengan cara tersebut tiga kunci perubahan untuk tegaknya Daulah Khilafah Islam bisa diraih; adanya ahli, kesadaran rakyat, dan dukungan tokoh dan kuat di masyrakat.. MAKA ISLAM AKAN KEMBALI LAGI.Nah kite telah lihat bertapa hebat dan mendasarnya aktiviti politik Rasulullah, lantas perlu apa percaya kepada demokrasi, perlu apa berlindung terus dan pertahankan sistem kufur lagi menghancurkan ini. Ayoh tinggal demokrasi pilih thariqah Rasulullah. Takbiiirr....... tidak ada satu pun di dalam thariqah Rasulullah ini membuktikan benarnya amalan demokrasi. Lantas persoalan untuk antum menilai dan memikirkan. Dari manakah demokrasi ini bisa di wajibkan??? dan apa pula ertian demokrasi dalam syura.???
Mungkin di masa akan datang ana akan cuba jelaskan dengan lebih rincih tentang syura dan bezanya dengan demokrasi.
wallahu'alam